EKBIS.CO, HELSINKI -- Raksasa teknologi informasi Finlandia Nokia mengumumkan rencana untuk melakukan penghematan 700 juta euro atau setara Rp 12 triliun (kurs Rp 17.286) hingga 2020. Hal itu dilakukan setelah hasil kuartalannya yang buruk dipublikasikan pada Kamis (25/10).
Dibandingkan dengan periode yang sama 2017, laba operasi Nokia (non-IFRS) mencapai 487 juta euro (Rp 8,4 triliun), turun 27 persen, sementara penjualan bersihnya mencapai 5,46 miliar euro (Rp 94,3 triliun), turun satu persen.
Penurunan tajam dalam profitabilitas dikaitkan dengan kinerja yang buruk baik oleh bisnis Nokia Networks dan Nokia Technologies. Laba operasi (non-IFRS) dari bisnis Nokia Networks tergelincir sebesar 26 persen menjadi 246 juta euro. Sementara itu, Nokia Technologies kehilangan laba usaha 26 persen dalam satu tahun dari 390 juta euro menjadi 290 juta euro.
Beberapa analis internasional menjelaskan bahwa alasannya adalah Nokia memiliki 170 juta euro pembayaran satu kali untuk paten selama kuartal ketiga pada 2017. Namun pada tahun ini, hal itu tidak ada.
Perusahaan mengumumkan rencana pemotongan belanja pada Kamis (25/10), yang bertujuan untuk menghemat hingga 700 juta euro selama dua tahun ke depan. Nokia mengatakan rencana tersebut diperkirakan mengakibatkan pengurangan karyawan secara global, tetapi tidak menyebutkan jumlah PHK.
Dalam sebuah wawancara dengan CNBC, Rajeev Suri, Presiden dan CEO, mengatakan bahwa jumlah pemutusan hubungan kerja akan menjadi ribuan. Suri mengatakan dalam siaran pers bahwa rencananya adalah langkah logis yang harus diambil karena berakhirnya program penghematan biaya yang berhubungan dengan Alcatel-Lucent semakin dekat.
Baca juga, Laba Ford Turun Akibat Aturan Tarif