EKBIS.CO, BONTANG -- Holding Industri Pertambangan (HIP), PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) (Persero) sedang menyiapkan kerja sama baru untuk hilirisasi batu bara. Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin mengatakan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Pertamina (Persero) dan Perusahaan industri gas Amerika Serikat (AS), Air Products and Chemical Inc akan menandatangani kerja sama bulan depan.
Penandatangan hilirisasi proyek batu bara ini akan dilakukan di New York, Amerika Serikat. "Bulan depan tanda tangan di New York antara PTBA, Pertamina, dan Air Products untuk hilirisasi batu bara jadi syngas dan Dymethyl Ether (DME)," katanya pada wartawan di Bontang, Kalimantan Timur, Ahad (28/10).
Budi tidak menjelaskan lebih lanjut terkait target dan nilai investasinya. Ia mengatakan ini adalah salah satu cara untuk meningkatkan nilai dan pemanfaatan batu bara yang berlimpah di Indonesia. Selama ini, batu bara masih menjadi komoditas ekspor. Jika masuk dalam proyek hilirisasi maka nilai produk dari batu bara akan meningkat.
Proyek hilirisasi batubara diharapkan dapat mengubah batu bara menjadi synthetis gas (syngas) yang ke depannya bisa digunakan sebagai bahan pupuk, urea, Dimethyl Ether (DME), serta bahan baku plastik dari polypropylene. Syngas kemudian bisa dimanfaatkan lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan gas dalam negeri.
Sejauh ini, Inalum melalui PT Bukit Asam Tbk, juga telah menandatangani proyek hilirirasi batu bara lain dengan dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk untuk mengkonversi batubara muda menjadi syngas.
Pabrik pengolahan gasifikasi batubara sendiri direncanakan mulai beroperasi pada November 2022. Diharapkan produksi dapat memenuhi kebutuhan pasar sebesar 500 ribu per tahun, 400 ribu ton DME per tahun dan 450 ribu ton polypropylene per tahun.
Budi menekankan hilirisasi produk tambang merupakan salah satu dari tiga mandat Holding Industri Pertambangan. Tujuannya mendukung terjadinya nilai tambah produk di sektor tambang dan upaya mendukung penghematan devisa negara.
"Hilirisasi akan mampu menurunkan impor, memperperbaiki defisit neraca berjalan, menstabilkan nilai mata uang, hingga meningkatkan pendapatan negara," katanya.
HIP memperkirakan penjualan hasil ekspor hingga 2018 sebesar 2,51 miliar dolar AS atau sekitar Rp 37 triliun. Adapun hingga Agustus 2018, telah terealisasi 1,57 miliar dolar AS atau 62,5 persen dari proyeksi.