Selasa 30 Oct 2018 20:19 WIB

Potensi Pasar Halal Cina Capai 1,9 Triliun Dolar AS

Populasi Muslim di Cina lebih muda dari rata-rata nasional.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Elba Damhuri
Para pedagang makanan halal di pasar malam melayani pembeli di Kota Lanzhou, Provinsi Gansu, Cina, Jumat (6/7). Provinsi Gansu yang dihuni sekitar 3,4 persen umat Islam dari total populasi 27 juta jiwa itu merupakan salah satu penghasil makanan halal terbesar di Cina yang sudah merambah 40 negara lainnya.
Foto: Antara/Irfan Ilmie
Para pedagang makanan halal di pasar malam melayani pembeli di Kota Lanzhou, Provinsi Gansu, Cina, Jumat (6/7). Provinsi Gansu yang dihuni sekitar 3,4 persen umat Islam dari total populasi 27 juta jiwa itu merupakan salah satu penghasil makanan halal terbesar di Cina yang sudah merambah 40 negara lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID  DUBAI -- Tren industri halal telah menarik perhatian Pemerintah Cina untuk menggarap bisnis ini lebih serius. Cina akan menjelma menjadi salah satu pemain utama dalam industri halal global.

Sektor halal Cina diperkirakan akan mencapai 1,9 triliun dolar AS pada 2021. Angka ini sebesar 9 persen Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan (CAGR) dibandingkan 2015. Demikian penelitian terbaru Farrelly dan Mitchell, yang merupakan pakar makanan dan agribisnis.

Baca Juga

Dubai Food Park, sebuah inisiatif pemerintah Uni Emirat Arab (UEA), baru-baru ini menandatangani kesepakatan senilai 1,35 miliar dirham (364,5 juta dolar AS) untuk mendirikan klaster industri makanan UEA-Cina. Proyek ini akan mendukung prakarsa China One Belt One Road senilai 1 triliun dolar AS.

UEA dan Cina menyatakan proyek ini membantu mempromosikan ekspansi produk dan layanan halal di seluruh Asia, Eropa, dan Afrika. “Makanan halal dianggap sehat dan higienis. Semakin banyak konsumen non-Muslim lebih memilih makanan halal, karena mereka dianggap lebih aman," kata Raees Ahmed, Direktur Pameran dan Acara Orange, penyelenggara Halal Expo Dubai, seperti dilansir Salaam Gateway, Selasa (30/10).

Akibatnya, distribusi makanan halal telah meluas melampaui pasar tradisional di kota-kota seperti Shanghai yang memiliki 80 ribu Muslim. Cina memiliki permintaan domestik yang kuat untuk makanan halal, diperkirakan 20 miliar dolar AS berasal dari 26 juta konsumen Muslim.

Meskipun populasi Muslim Cina hanya dua persen, mayoritas menetap di Cina Barat Laut termasuk Xinjiang, Ningxia, Gansu, dan provinsi Qinghai. Terhitung, 70 persen dari total penduduk Muslim di Cina tinggal di wilayah ini.

Ahmed menjelaskan, populasi Muslim lebih muda dari rata-rata nasional dan dengan lebih dari 41 persen lebih muda dari 19 tahun. Profil usia ini dan peningkatan populasi Muslim menjadi pendorong utama jangka panjang untuk konsumsi makanan halal domestik di Cina.

Menurut Ahmed, Cina telah menyaksikan pertumbuhan jumlah pemain makanan halal nasional serta lini produk halal parsial. Selain permintaan dari penduduk Muslim, semakin populernya makanan halal sebagai pilihan yang sehat juga mendorong permintaan.

"Kami telah menyaksikan respons yang kuat dari produsen Cina, yang mengambil produk dan distribusi Halal lebih serius," kata Ahmed.

Ekonomi halal global diperkirakan menyentuh angka 6,4 triliun dolar AS pada 2018. Angka ini naik dari 3,2 triliun dolar AS pada 2012.

Negara-Negara Teluk (GCC) mengimpor produk-produk halal senilai 50 miliar dolar AS. Dari jumlah ini, tagihan impor Halal UAE sebesar 20 miliar dolar AS atau sekitar 40 persen dari impor produk halal GCC.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement