EKBIS.CO, BOGOR -- Kementerian Pertanian (Kementan) optimistis target kelahiran 1.000 sapi Belgian Blue pada 2019 dapat tercapai. Sebab, sampai saat ini, setidaknya sudah ada 276 ekor sapi yang bunting dari hasil transfer embrio dan inseminasi buatan dari genetik Belgian Blue.
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Sugiono mengatakan, selama ini sudah lebih dari 1.000 ekor yang akan dikembangkan menjadi jenis Belgian Blue. "Enam ratus empat puluh tujuh ekor di antaranya menggunakan mekanisme transfer embrio, 676 ekor dengan inseminasi buatan," tuturnya ketika ditemui di Balai Embrio Ternak Cipelang, Bogor, Senin (5/11).
Sugiono menambahkan, masih ada lebih 800 ekor lainnya yang sedang dilakukan pemeriksaan kebuntingan. Mereka berpotensi besar untuk bunting dan melahirkan dalam kurun waktu sembilan bulan ke depan.
Proses transfer embrio dan inseminasi buatan sendiri sudah dilakukan selama hampir setahun belakang. Proses ini sudah membuahkan hasil, yakni 91 ekor sapi Belgian Blue. Sebanyak 47 ekor di antaranya adalah dari transfer embrio dan sisanya dari inseminasi buatan.
Untuk menjalankan program tersebut, Kementan melalui BET Cipelang mengimpor 1.000 sperma dan 900 embrio Belgian Blue dari Belgia. Sementara untuk sperma harganya sebesar Rp 450 ribu per dosis atau suntikan dan embrio hampir mencapai Rp 11 juta per embrio.
Sugi menjelaskan, tingkat keberhasilan per skema berbeda. Transfer embrio 30 sampai 40 persen, sedangkan inseminasi buatan dapat mencapai 60 hingga 70 persen. "Tingkat kesulitannya memang tinggi, tapi kita bisa mengatasinya dengan transfer teknologi dari Belgia," tuturnya.
Kegiatan ini sudah membuahkan hasil yang ditandai dengan kelahiran sapi hasil persilangan antara semen beku Belgian Blue dengan sapi perah melalui inseminasi buatan (IB) pada bulan 30 Oktober 2016. Sapi ini diberi nama Blue Fontaines. Selain itu, ada juga murni sapi hasil transfer embrio (TE) beku yang lahir pada pada 30 Januari 2017 dan diberi nama Gatot Kaca.
Gatot kaca adalah sapi Belgian Blue hasil transfer embrio pertama pertama di Asia Tenggara. Menurut Sugiono, kinerja Gatot Kaca yang berbeda dari sapi biasanya digunakan untuk melakukan terobosan dan introduksi bangsa sapi baru Belgian Blue dalam jumlah yang lebih banyak lagi.
Sugi mengatakan, salah satu tantangan terbesar dalam mengembangkan Belgian Blue adalah mengembangbiakkan sebanyak-banyaknya supaya dapat segera diaplikasikan ke peternak. "Tahun ini, kami fokus ke Unit Pelaksana Teknis (UPT) dulu, tahun depan atau 2020 baru kami sebarkan ke peternak," ucapnya.
Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Belgia dan Keharyapatihan Luksemburg Yuri Oktavian Thamrin mengatakan, rencana pengembangan Belgian Blue di Indonesia sudah muncul sejak 2013. Pada 2016, proses realisasi baru dijalankan hingga Indonesia resmi mengimpor embrio dan sperma pada 2017. Tahun ini, proses sudah membuahkan hasil.
Yuri menjelaskan, prestasi pengembangbiakkan Belgian Blue tidak boleh sampai di sini. "Kami akan siapkan langkah kerja sama dan follow up untuk meningkatkan pembangunan kapasitas SDM dan teknologi. Kami coba hubungkan dengan pihak Belgia sesegera mungkin," ujarnya.
Selama ini, Yuri mengatakan, kerja sama antara Indonesia dengan Belgia di bidang pertanian dan peternakan tidak sekadar Belgian Blue. Berbagi informasi tentang kelapa sawit, kopi dan teh juga kerap dilakukan.
Program pengembangan sapi jenis ras baru Belgian Blue ini merupakan instruksi dari Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sebagai upaya pemenuhan kebutuhan daging dan bibit sapi unggul nasional. Belgian Blue memang bukan sapi biasa, pertambahan bobot badannya tinggi sekali, per hari bisa mencapai 1 - 1,5 kilogram.