EKBIS.CO, JAKARTA -- Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memproyeksikan cadangan devisa Indonesia masih akan terus melorot hingga mencapai 112 miliar dolar AS pada akhir tahun. Meski begitu, Bhima meyakini cadangan devisa tidak akan terkuras banyak lantaran sejumlah faktor pendukung seperti penarikan utang dan peningkatan ekspor.
"Jadi kami prediksi sampai akhir tahun cadangan devisa terkuras tipis sampai 112 miliar dolar AS," kata Bhima, Rabu (7/11).
Bhima menjelaskan, pada akhir tahun, pemerintah akan menerbitkan utang lebih dini atau disebut juga front loading guna membiayai belanja pada 2019. Pemasukan dolar AS ke kas pemerintah tersebut akan menguatkan cadangan devisa. Selain itu, dia memproyeksikan akan terjadi peningkatan ekspor bahan baku sebagai stok industri di AS, Cina dan Jepang.
"Ekspor tersebut juga akan menghasilkan devisa," kata Bhima.
Kendati demikian, Bhima menyarankan pemerintah bisa membenahi kinerja ekspor. Ini karena menahan laju penurunan devisa dengan menarik utang bukan kebijakan yang berkesinambungan.
"Memang pemerintah akan menerbitkan utang dengan denominasi valas tapi semestinya cadangan devisa itu diperkuat lewat ekspor," kata dia.
Berdasarkan siaran pers Bank Indonesia, posisi cadangan devisa Indonesia tercatat 115,2 miliar dolar AS pada akhir Oktober 2018 atau meningkat dibandingkan dengan 114,8 miliar dolar AS pada akhir September 2018. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Baca juga, Cadangan Devisa Meningkat 115,2 Miliar Dolar AS