EKBIS.CO, BOGOR -- Indonesia berpotensi menguasai pasar global sebagai produsen produk pangan olahan bebas gluten yang berasal dari ubi kayu. Gluten merupakan salah satu jenis protein yang biasanya terkandung di dalam gandum hasil persilangan dan termasuk dari ubi kayu.
"Ada potensi pasar besar, kebutuhan produk pangan bebas gluten sangat diapresiasi di pasar luar megeri, masyarakat global membutuhkan produk yang bebas gluten," kata Maria Irene Tandean, dari PT Mexindo Karya Anugera, produsen pangan olahan berbasis ubi kayu, dalam talkshow Fiesta Pangan Lokal di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (7/11).
Dalam talkshow yang digelar oleh Kementerian Pertanian dalam rangka memperkenalkan hasil inovasi Balitbang Pertanian, Maria mengatakan, PT Maxindo sudah 15 tahun mengekspor cemilan berupa snack dan keripik berbahan singkong.
Alasan pemilihan singkong atau ubi kayu sebagai bahan baku utama usahanya, Maria mengatakan, bahwa di Indonesia sangat mudah sekali untuk mendapatkan ubi kayu.
"Ada lagu yang menyebutkan tongkat kayu bisa tumbuh jadi tanaman, singkong tanaman yang tidak membutuhkan pemeliharan bisa tumbuh dengan baik," katanya.
Ketersediaan singkong yang cukup bagus, lanjutnya, berimplikasi pada kelangsungan bisnis perusahaan untuk jangkan panjang. Oleh karena itu Mexindo tidak membuat produk dari bahan baku selain singkong yang sulit didapat bahan bakunya.
"Keutamaan singkong ini disukai masyarakat di luar karena sehat, dan bebas gluten itu yang uyama," katanya. Menurut Maria, peluang Indonesia untuk menjadi pemasok produk singkong cukup besar cukup dengan melabeli produk gluten free atau bebas gluten akan sangat diminati oleh pasar internasional.
Tetapi diperlukan konsistensi untuk menghasilkan produk yang bebas gluten yang dimulai dari bahan bakunya. "Peluang ini bisa dimanfaatkan oleh petani lokal," katanya.
Maria menyebutkan, di luar negeri singkong atau ibu kayu masuk dalam kategori pangan yang sehat. Sehingga sanga profitable untuk terus dikembangkan di Indonesia. Agar laku di pasar internasional, lanjutnya, perlu ada sentuhan teknologi agar produk pangan lokal Indonesia terlihat menarik dan mendorong perekonomian.