EKBIS.CO, MANOKWARI -- Mengenakan kaos bergambar Monas dan Bajaj bertuliskan Jakarta, Helena (60 tahun) keluar menemui rombongan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD) di rumahnya yang tampak baru dibangun di tengah tanaman kakao yang rimbun di sekelilingnya. Lokasinya tak jauh dari Kantor Dinas Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Kampung (PPMK) Distrik Ransiki yang sekaligus adalah ibu kota Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat. Tepatnya di desa atau Kampung Abrose yang berada di pinggir jalan arah Kota Manokwari.
Helena adalah satu dari 30 warga yang menjadi anggota binaan Kemendes PDTT bersama IFAD dalam upaya peningkatan kehidupan masyarakat desa khususnya dalam bidang pengolahan pertanian. Ia tergabung dalam kelompok tani Undabe di Desa Abrose.
Berbincang dengan rombongan yang dipimpin oleh Kepala Subdirektorat Teknologi Tepat Guna (Kasubdit TTG) Direktorat Pendayagunaa Sumberdaya Alam (PSDA) Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat (Ditjen PPMD) Kemendes PDTT Anastutik Wiryaningsih, Helena yang didampingi oleh Abdul Rahim Arkan Semoryai, Pendamping Kampung Abrose, menuturkan peningkatan yang berhasil diperoleh kelompoknya dengan adanya Program Pembangunan Desa Mandiri (PPDM) yang diinisiasi oleh Kemendes PDTT dan IFAD.
“Kami diajari cara perawatan kakao, potong, panen, simpan, dan jemur,” kata Helena yang juga menceritakan dari hasil Kakao dapat menyekolahkan anaknya.
Ibu dengan empat anak itu membanggakan kesuksesan keempat anaknya yang kini telah menjadi tentara dan kepala bagian keuangan di pemerintahan. Sementara dua putrinya juga sudah memiliki rumah sendiri tak jauh dari rumahnya itu.
Kasubdit TTG, Direktorat PSDA TTG, Ditjen PPMD Anastutik Wiryaningsih , ditemui usai pertemuan tersebut mengatakan, kegiatan PPDM ini telah dilaksanakan sejak Maret 2017 dan akan berakhir pada 31 Desember 2018. "Dalam kurun waktu tersebut kami melakukan program peningkatan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat khususnya di bidang pertanian,” kata Anastutik, saat melaksanakan kegiatan pengecekan dan validasi program PPMD yang akan segera berakhir itu di Kampung Abrose, Distrik Ransiki, Manokwari Selatan, Papua Barat, Selasa (6/11), seperti dalam siaran pers.
Ia mengungkapkan ada 13 Kabupaten di Kabupaten Papua dan Papua Barat, di mana sebanyak enam kabupaten berada di Papua dan tujuh kabupaten di Papua Barat yang menjadi sasaran kegiatan PPDM yang mendapat dukungan dana berupa grant dan loan sebanyak 8,4 juta dolar AS dari IFAD.
“Masyarakat diberi pelatihan mulai dari budidaya atau pengolahan cokelat atau kakao, rumput laut, vanili, sampai ke pemberdayaan perempuan. Masyarakat juga diajari untuk menabung dan sebagainya,” ungkap Anastutik.
Menurut dia, tahun sebelum PPDM masuk, masayarakat di Abrose ini mengeluhkan tanaman kakao mereka yang terkena penyakit di kulit pohon. “Karena perawatan nggak bagus, kakao terserang penyakit. Kami kasih latihan perawatan dengan betul. Sekarang kakao mereka sehat dan mendapatkan hasil lebih bagus,” ungkapnya.
Satu lagi keberhasilan yang telah dirasakan dari program ini adalah, PPDM telah berhasil membantu mengirimkan empat ton rumput laut dari Fak Fak ke Surabaya. “Di Fak Fak kalau dijual, rumput laut hanya dihargai Rp 6.000 per kilogram, di Surabaya harga bisa mencapai Rp 18 ribu per kilogram,” ujarnya.
Country Program Officer IFAD Anissa Lucky Pratiwi mengatakan, selain melakukan pelatihan untuk peningkatan keterampilan masyarakat di bidang pertanian. Sekarang ini IFAD juga mulai memfokuskan bagaimana masyarakat di desa-desa ini dapat menjual hasil buminya.
“Setelah mereka menghasilkan produk di sektor pertanian, kita juga mulai memikirkan bagaimana mereka dapat menjual hasilnya. Karena mau tidak mau itu adalah rangkaian upaya peningkatan ekonomi masyarakat,” tutur Anissa yang sudah mengikuti program-program pemberdayaan masyarakat di Indonesia selama kurang lebih delapan tahun itu.
Sementara itu, Kepala Subbagian Kerjasama Multilateral Bagian Kerjasama Luar Negeri pada Biro Humas dan Kerja sama Kemendes PDTT Syamwil mengatakan kegiatan yang dilaksanakan pada 6–15 November di Papua dan Papua Barat tersebut akan mejadi semacam evaluasi apakah program ini akan berlanjut pada tahun 2019 nanti.
Kemendes PDTT dan IFAD telah menginisiasi suatu program pembangunan desa yang disebut sebagai Program Pembangunan Desa Mandiri (PPDM). Program ini merupakan kelanjutan dari PNPM Pertanian di Papua dan Papua Barat.
Konsep desain ulang program PNPM Pertanian menjadi PPDM merupakan kerja sama antara IFAD dan Direktorat Pengembangan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna, Direktorat Jenderal PPMD telah dilaksanakan sejak tahun 2016. Adapun lokus dari program ini adalah di 146 desa yang terletak di enam kabupaten di Papua dan 78 desa yang terletak di tujuh kabupaten di Papua Barat. Program yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan tata kelola pemerintah daerah mulai dilaksanakan pada tahun 2017.
Dana dari IFAD digunakan untuk menyelenggarakan berbagai pelatihan di bidang pertanian dari mulai penanaman, pemanenan, produksi paska panen, hingga pemasaran produk hasil pertanian. Untuk menunjang pelatihan tersebut disusun berbagai modul yang interaktif dan menarik, yang mudah dipahami oleh masyarakat.
Sasaran program ini adalah pemanfaatan Dana Desa yang tepat untuk menciptakan peluang ekonomi; meningkatkan kemampuan masyarakat desa dan aparat pemerintahan desa untuk merumuskan rencana pembangunan desa yang efektif (RKPDesa); meningkatkan kapasitas pengelolaan produk pertanian dengan menggunakan dana desa untuk kegiatan yang sesuai dengan prioritas desa.