EKBIS.CO, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan aliran modal asing sedikit demi sedikit memperbaiki neraca berjalan. Pemutakhiran data aliran modal asing ke dalam negeri untuk bulan ini sekitar 14,4 triliun dolar AS pada Surat Berharga Negara (SBN).
Sehingga, data SBN year to date (ytd) yakni sekitar 42 triliun dolar AS. Selain itu yang cukup baik adalah aliran modal asing ke saham pada bulan ini adalah 5,5 triliun dolar AS. Sementara untuk data aliran modal asing ke saham ytd masih negatif.
"Aliran modal asing ke SBN semakin besar, ini artinya para investor yang yakin pada ekonomi Indonesia," kata dia usai shalat Jumat di Masjid Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (9/11).
Untuk data inflasi, Perry mengelaborasi, dari segi pemantauan harga minggu pertama November, inflasi tercatat rendah 0,16 persen, dengan data ytd 2,3 persen dan year on year (yoy) pada 3,12 persen. Data tersebut berdasarkan survei pemantauan harga Bank Indonesia sampai 1 November 2018.
Sejumlah komoditas penyumbang inflasi antara lain bawang merah, beras, bensin, dan emas. Sementara deflasi disumbang ayam ras dan beberpa sayur mayur. Dengan perkembangan inflasi ini, Bank Indonesia memperkirakan inflasi sampai akhir tahun akan lebih rendah lagi dari perkiraan semula.
"Akhir tahun bisa sampai 3,2 persen yoy, sehingga ini juga akan mendorong tekanan inflasi lebih rendah di tahun depan dari perkiraan-perkiraan kami sebelumnya. untuk tahun depan, pada 2019 itu bisa 3,5 persen," kata dia.
Selain itu, itu beberapa perkembangan terkait cadangan devisa yakni 115,4 miliar dolar AS. Perry juga menyampaikan Current Account Devisit (CAD) kuartal tiga akan lebih tinggi daripada CAD kuartal dua karena imbas devisit migas pada Juli dan Agustus.
"Persentasinya tetap dibawah 3,5 persen dari PDB untuk CAD di kuartal tiga, untuk angka-angkanya nanti akan keluar sebentar lagi," kata dia. Perry menambahkan pada neraca pembayaran kuartal tiga akan tampak surplus neraca modal yang membaik karena aliran dana asing ke investasi.