Ahad 11 Nov 2018 07:38 WIB

Kementan Inisiasi Forum Komunikasi Petani dan Peternak

Produksi jagung sangat mampu memenuhi kebutuhan bahan baku pakan peternak mandiri.

Red: EH Ismail
Kesepakatan jual beli jagung antara peternak dan petani saat acara dialog usai panen raya jagung di Desa Kalipepe, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Sabtu (10/11).
Foto: Humas BKP Kementan.
Kesepakatan jual beli jagung antara peternak dan petani saat acara dialog usai panen raya jagung di Desa Kalipepe, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Sabtu (10/11).

EKBIS.CO, LUMAJANG – Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan safari panen jagung secara serentak di tujuh kabupaten di Jawa Timur. Kegiatan yang mengambil lokasi di Tuban, Lamongan, Lumajang, Jember, Kediri, Mojokerto, dan Pasuruan tersebut menunjukkan stok jagung melimpah.

“Panen jagung ini menunjukkan kita memang surplus. Jagung banyak, melimpah. Kita lihat sendiri,” kata Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Agung Hendriadi saat melakukan panen raya jagung di Desa Kalipepe, Kecamatan Yosowilangun, Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (10/11).

Menurut Agung, sejatinya produksi jagung para petani sangat mampu memenuhi kebutuhan bahan baku pakan peternak mandiri. Hanya saja, masalah komunikasi dan distribusi kerap menjadi hambatan transaksi antara petani dan peternak.

Buktinya, saat melakukan dialog usai panen jagung di Desa Kalipepe yang dihadiri langsung Bupati Lumajang Thoriqul Haq, ada seorang peternak bernama Mardanus dari Kecamatan Sumbersuko yang menantang petani bisa memasok 10 ton jagung kepadanya. Tantangan tersebut langsung dijawab dengan acungan jari Sunoko, petani asal Desa Kalipepe. Keduanya pun akhirnya menyepakati transaksi jual-beli 10 ton jagung dengan harga Rp 5.200 jagung pipil kering (JPK) per kilogramnya.

“Nah, ini bukti asli lho. Kalau sudah ketemu begini kan semunya jadi mudah. Parena peternak bisa terpenuhi kebutuhannya, petani juga bisa menjual jagung dengan harga menguntungkan. Semuanya jadi sama-sama untung,” ujar Agung.

Karena itulah, Agung meminta Bupati Lumajang agar menginisiasi pembentukan forum komunikasi antara peternak dan petani jagung agar mereka bisa langsung bertransaksi yang saling menguntungkan. “Ini saya minta Lumajang bisa jadi pilot project forum komunikasi peternak dan petani jagung. Kalau berhasil, Lumajang jadi champion dan akan diterapkan di semua daerah di Indonesia.”

Mardanus mengaku, transaksi jual-beli jagung dengan Sunoko menguntungkan dirinya. Dengan kebutuhan 2 ton jagung per hari, selama ini dia harus mencari jagung ke para pengumpul atau tengkulak lantaran tak punya akses langsung ke petani. Akibatnya, harga yang didapat pun cukup mahal. Pekan lalu, Mardanus mengaku mendapat pasokan jagung dari tengkulak dengan harga Rp 5.300 per kilogram JPK.

“Ini sekarang saya dapat harga Rp 5.200 per kilogram sudah sampai tempat, diantar langsung oleh petaninya. Jadi, ya jelas saya untung dong. Kualitas jagungnya juga pasti bagus,” kata Mardanus.

Sama halnya dengan Mardanus, Sunoko juga gembira. Sebab, dia bisa menjual jagung dengan harga cukup tinggi. Jika menjual jagungnya kepada tengkulak, kata Sunoko, paling bagus dia mendapatkan harga Rp 5.000 per kilogram JPK.

Mengenai ide pembentukan forum komunikasi petani dan peternak, Bupati Lumajang Thoriqul Haq berjanji akan segera melakukan hal itu. “Nanti tentunya dilakukan oleh dinas terkait. Saya akan buat forum-forum seperti ini di tingkat kabupaten karena jelas akan memotong rantai pasok jagung. Pastinya semua akan untung,” kata Bupati.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement