Rabu 21 Nov 2018 13:27 WIB

BI Sebut CAD 2018 Defisit yang Sehat

CAD pada kuartal III 2018 meningkat menjadi 3,37 persen dari PDB

Red: Nidia Zuraya
Defisit Neraca Transaksi Berjalan
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Defisit Neraca Transaksi Berjalan

EKBIS.CO, JAKARTA -- Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang terjadi pada tahun ini merupakan defisit yang sehat. Disebut defisit yang sehat karena impor untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) lebih besar dari impor konsumsi.

"Defisit ini adalah defisit yang sehat karena untuk keperluan perekonomian, impornya untuk investasi. Impor yang tumbuh 12-13 persen 'mostly' karena kegiatan ekonomi, kegiatan investasi, pembangunan infrastruktur yang memang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh di 5,1-5,2. Artinya relatif impor capex di atas impor konsumsi. Ini yang memberikan optimisme," ujarnya saat menjadi pembicara kunci dalam acara diskusi CORE Economic Outlook 2019 di Jakarta, Rabu (21/11).

Baca Juga

BI mencatat CAD pada kuartal III 2018 meningkat menjadi 3,37 persen dari PDB atau sebesar 8,8 miliar dolar AS. Pada kuartal II 2018 posisi CAD hanya 3,02 persen dari PDB atau 8 miliar dolar AS.

Meski pada paruh ketiga ini defisit meningkat, namun jika melihat dari awal tahun hingga akhir kuartal III 2018, defisit neraca transaksi berjalan secara akumulatif sebesar 2,86 persen PDB.  Menurut bank sentral, defisit yang meningkat pada kuartal III 2018 karena memburuknya kinerja neraca perdagangan barang dan melebarnya defisit neraca jasa.

"Isu defisit tiga persen ini kalau kita lihat di tahun ini karena pembiayaannya atau 'financial account' tidak signifikan," ujar Dody.

Ia mengatakan penting bagi bank sentral untuk menerapkan kebijakan moneter dengan melihat dari dua sisi yaitu neraca transaksi berjalan dan juga neraca jasa, karena keduanya menjadi sumber yang memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

Kebijakan moneter ketat yang dilakukan BI dengan menaikkan suku bunga acuan hingga 175 basis poin, merupakan upaya untuk mengurangi semakin melebarnya defisit transaksi berjalan. "Dengan kita menaikkan suku bungaa, kita akan mengurangi tekanan dari sisi permintaan domestik, yang kemudian akan mengurangi impor, dan akhirnya mengurangi CAD," kata Dody.

Pada 2019 defisit neraca transaksi berjalan diharapkan akan berkurang dan bisa kembali bergerak di bawah 3 persen. Ia pun mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan mulai dari penerapan B20 hingga penundaan sejumlah proyek infrastruktur yang berkonten impor tinggi.

"Sekarang semua tema besarnya memerangi CAD. Kita harapkan current account bisa di bawah tiga persen di 2019," ujar Dody.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement