EKBIS.CO, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) menyatakan, kenaikan suku bunga bank dan penguatan kurs dolar AS turut memengaruhi bisnis truk. Pasalnya harga beli truk semakin lama semakin tertekan, namun pengusaha truk tidak bisa menaikkan tarif.
"Maka kita terus berinovasi, kita harap bank juga lakukan hal sama. Hal itu karena, peran bank terhadap bisnis kami besar sekali," ujar Wakil Ketua Umum Aptrindo Kyatmaja Lookman di Jakarta, Selasa, (21/11).
Meski begitu, dirinya berharap para pengusaha truk tetap bisa lakukan ekspansi. "Saat ini kebanyakan pengusaha bisnis truk menambah armada dengan menggunakan jasa bank dan leasing. Beberapa juga bisa menggunakan equity untuk membeli unitnya, karena kalau full leasing bahaya juga buat bisnis," katanya.
Lebih lanjut, ia menilai, tema tahun ini hingga 2019 masih pembangunan infrastruktur, sehingga bisnis transportasi seperti truk cukup kencang kenaikannya. Hanya saja, kata dia, setelah tema ini berakhir, truk yang telah dibeli harus dipikirkan kelanjutannya.
"Bisnis logistik pun seasonal, apalagi kompetisinya juga sangat ketat. Maka bila suku bunga bank naik, semakin lama semakin berat nyicil bunga bank," kata Kyatmaja.
Kyatmaja menambahkan, pemain bisnis truk harus tetap menjaga likuiditas, jika likuiditas terganggu maka tidak bisa membayar cicilan bank lalu disita. Sedangkan, di satu sisi nilai truk terdepresiasi berbeda dengan nilai rumah yang terus meningkat.
"Nilai truk mengalami penyusutan apalagi setelah dipakai dan kondisinya sudah begitu. Kalau rumah dijual harganya masih tinggi. Ini kan merepotkan bank juga," tuturnya.
Kendati demikian, Kyatmaja mengaku, sebenarnya suku bunga bukanlah segalanya. Hal itu karena, saat suku bunga bank rendah pun, pembelian kendaraan juga tidak meningkat sangat tinggi. "Kita lihat prospek bisnis ke depannya, bukan suku bunganya," tegasnya.