Selasa 27 Nov 2018 15:27 WIB

PLN Siapkan Operasional Tiga PLTU di Kalbar

Ini untuk memaksimalkan sistem kelistrikan di Kalimantan Barat.

Red: Gita Amanda
Jaringan listrik PLN, ilustrasi
Foto: Antara
Jaringan listrik PLN, ilustrasi

EKBIS.CO, PONTIANAK -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Induk Pembangunan Kalimantan Barat (Kalbar) sedang mempersiapkan pengoperasian tiga unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Ini untuk memaksimalkan sistem kelistrikan di Kalimantan Barat.

"Untuk 2018 ini kami masih ada tiga rencana pengopreasian PLTU di Kalbar," kata General Manager PT PLN UIP Kalimantan Barat Rachmad Lubis di Pontianak, Selasa (27/11).

Ia mengatakan, tiga PLTU itu adalah PLTU 3 Bengkayang dengan kapasitas 2x50 MW. Kemudian PLTU 2 dengan kapasitas 2 x20,5 MW juga ada di Bengkayang, dan PLTU 1 di Mempawah 2x50 MW.

"Namun, karena waktunya yang singkat, di mana akhir tahun tinggal hitungan bulan lagi, yang masih bisa dikejar pengoprasiannya adalah PLTU 3, 1x50 MW dan kami usahakan Desember bisa kami resmikan," ujarnya.

Dia menjelaskan untuk unit ke-2 di PLTU 3 dengan kapasitas 1x50 MW pihaknya akan mengupayakan pengorpasiannya pada awal 2019. Rachmad mengatakan, dalam pengoperasian 3 PLTU di Kalbar tersebut pihaknya memang mengalami beberapa kendala, di antaranya adalah masalah financial yang dihadapi oleh pihak pelaksana pengerjaan PLTU tersebut, di mana kenaikan nilai Kurs Dolar saat ini cukup tinggi dan mempengaruhi bahan baku.

"Contohnya untuk pembangunan PLTU 3 di Bengkayang ini, program pembangunannya sudah dimulai sejak 2011. Namun, karena pembangunannya memerlukan waktu beberapa tahun, ternyata dalam perjalanannya kurs dolar naik," tuturnya.

Pada 2011, lanjutnya, kurs dolar terhadap rupiah berkisar Rp 9 ribu lebih. Namun, pada 2012 dan sampai saat ini, kurs dolar terus naik dan ini mempengaruhi pada harga suku cadang mesin dan material bangunan.

"Ini yang mengakibatkan pihak yang dipercayakan untuk melakukan pembangunan PLTU ini menjadi kewalahan mengingat harga bahan baku dan mesin yang notabene didatangkan dari luar, dibeli dengan mengikuti kurs dolar," kata Rachmad.

Masalah lainnya adalah, kesalahan penetapan lokasi awal pembangunan salah satu PLTU. Di mana pihaknya memerlukan waktu hingga kurang lebih satu tahun untuk melakukan relokasi pembangunan PLTU tersebut.

"Namun kami terus melakukan  berbagai upaya agar rencana pembangunan PLTU ini bisa dilakukan. Meski terlambat, namun program ini akan tetap berjalan," tuturnya.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement