EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meminta Pertamina segera merealisasikan proyek gasifikasi batu bara. Jika tidak, kata Jonan ketergantungan negara atas impor elpiji akan semakin membengkak.
Jonan mengatakan saat ini kebutuhan elpiji enam juta ton per tahun. Padahal, produksi gas nasional tidak bisa memenuhi kebutuhan ini. Hanya 30 persen saja produksi gas nasional untuk bisa menutupi kebutuhan elpiji, sisanya impor.
"Kami akan mandatkan untuk segara mempercepat proyek gasifikasi batu bara. Itu kita impor elpiji setahun sampai Rp 5 triliun. Ini besar. Kalau todal ada subtitusinya, kita akan menjadi negara yang impor aja terus-terusan," ujar Jonan di Hotel Raffles, Kamis (29/11).
Banyak dari sumur-sumur gas Indonesia disebut gas kering (lean gas), komponen C3-C4 tipis sehingga tidak bisa membuat LPG. Ditambah, impor LPG yang tinggi disebabkan konsumsi LPG Indonesia sebesar 6,7- 6,8 juga ton, dari situ 70 persen itu impor.
"Saya mau kumpulkan perusahaan batu bara, saya mau bicara dengan mereka. Orang bilang ribet memang, mesti ganti sekian komponen tungku tapi ya harus dilakukan. Kalau impor terus ya diketawain sih kita," tutur Jonan.
Jonan mengatakan apabila proyek gasifikasi batu bara bisa segera terlaksana, hal itu bisa menekan impor. Bahkan, kata Jonan, gasifikasi batu bara ini tidak hanya bisa mensubtitusi elpiji tetapi juga BBM.
Ia mengatakan Indonesia tidak bisa terus terusan menjadi negara pengimpor. Potensi yang saat ini masih banyak harus bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin agar bisa memberi nilai tambah.
"Penemuan cadangan besar itu 15 tahun lalu, itu di Banyu Urip, Blok Cepu. Untuk itu kita harus mendorong Indonesia menjadi negara industrialis, jangan negara perdagangan semata," kata Jonan.