EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) menandatangani kontrak kerja sama pembangunan Engineering, Procurement and Construction (EPC) dengan Hyundai Engeneering, SK Engeneering, Rekind dan PP, untuk pembangunan kilang Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan. Pembangunan kilang membutuhkan dana sebesar empat miliar dolar AS atau setara dengan Rp 57,8 triliun ini rencananya akan selesai pada Agustus 2023 mendatang.
Kilang dengan kapasitas 360 ribu barel per hari ini merupakan pengembangan dari kilang sebelumnya yang berkapasitas hanya 100 ribu barel per hari. Nantinya kilang ini akan memproduksi Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan standar EURO 5, yang sebelumnya hanya memproduksi standar euro 2.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina (Persero), Ignatius Talulembang menjelaskan rencananya pembangunan akan dimulai Januari 2019 mendatang. Namun, ia menjelaskan sejak dari awal tahun lalu Pertamina sudah memulai konstruksi persiapan, seperti pembangunan warehouse dan workshop untuk para pekerja konstruksi.
Ia mengatakan, Agustus merupakan jangka waktu yang paling lambat untuk kilang ini beroperasi. Sebenarnya, secara konstruksi pembangunan kilang ini membutuhkan waktu 53 bulan.
"53 bulan ini sampai dengan mekanikel complication. COD lalu startup. Tambahan tiga bulan lagi sampai operating. Kira-kira Agutus udah full operating," ujar Ignatius di Kantor Pusat Pertamina, Senin (10/12).
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menjelaskan kilang ini merupakan salah satu dari enam proyek kilang yang akan diselesaikan Pertamina hingga 2026 mendatang. Untuk kilang Balikpapan sendiri, kata Nicke kehadirannya bisa menekan impor solar hingga 17 persen. Sebab, selama ini produksi solar meningkat hingga 30 persen per hari.
"Selain bisa menekan impor. Kilang ini nantinya akan fokus memproduksi BBM dengan standar lebih tinggi. Jadi akan lebih ramah lingkungan," kata Nicke dilokasi yang sama.
Kilang Balikpapan ini memang salah satu kilang yang prioritas bagi Pertamina. Padahal, sebelumnya, Pertamina mentargetkan kilang ini akan selesai pada 2021 mendatang. Hanya saja, Nicke mengakui ada keterlambatan.
"Pertama memang ini kilang mengalami keterlambatan, ending telat deh. Kta hari ini mulai, tapi isnyaalah kita pervepat. Jadi akhir 2026, keenam proyek kilang ini bisa kita laksanakan. Jadi, schadule tuh udah very thight. Seluruh detail jadi 53 bulan. Ini kami harapkan bisa 2023," ujar Nicke.