EKBIS.CO, PALU -- Kondisi perekonomian Sulawesi Tengah terutama di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala pascabencana 28 September 2018, diyakini terus mambaik dan berangsur pulih sehingga pertumbuhan ekonomi pada tahun depan dipastikan tetap tumbuh. Namun, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulteng memprediksi pertumbuhan ekonomi daerah ini pada 2019 tidak lebih tinggi dibadingkan tahun 2017 dan 2018.
"Secara tahunan, perekonomian di Sulawesi Tengah pada 2019 diprediksi tumbuh antara enam sampai 6,4 persen, lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi 2017 yang tercatat 7,1 persen dan 2018 yang diperkirakan 6,1 persen sampai 6,5 persen," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Sulteng Miyoni di Palu, Senin (10/12).
Gempa bumi, tsunami dan likuefaksi yang meluluhlantakkan Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala mejadi pemicunya. Hal itu mengakibatkan empat sektor pendongkrak perekonomian di Sulteng terutama di tiga daerah tersebut lumpuh selama beberapa saat.
Empat sektor tersebut adalah pertanian, perdagangan, perhotelan dan restoran serta ajsa-jasa. Saat bencana, empat sektor ini lumpuh. "Bahkan saat itu aktivitas perekonomian di semua sektor lumpuh, tidak ada yang berjualan sama sekali", ujarnya.
Karena itu ia mendorong Gubenur Sulteng Longki Djanggola, Wali Kota Palu Hidayat, Bupati Sigi Moh Irwan Lapttan dan Bupati Donggala Kasman Lassa untuk secepatnya memulihkan kondisi perekonomian pada empat sektor tersebut. "Kalau di sektor pertanian dan perdagangan saya lihat sudah berangsur pulih. Tinggal di sektor perhotelan dan restoran. Kita lihat sendiri masih banyak hotel dan restoran yang tutup. Guberbur, wali kota dan bupati harus berada di garda terdepan dan berperan penting dalam menormalkan kondisi perekonomian pasca bencana. BI siap dan akan membantu," ucap Miyono.
Sementara itu dalam pemaparan mengenai kajian ekonomi Sulteng 2018, Miyono menerangkan secara umum faktor pertumbuhan ekonomi tahun 2019 bersumber dari kinerja ekspor yang diperkirakan akan tetap tumbuh. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga berasal dari kredit perbankan juga diharapkan masih tetap tumbuh positif pada kisaran 10 persen.
"Inflasi Sulteng akhir triwulan satu 2019 diperkirakan berada pada kisaran 3,2 persen sampai 3,6 persen. Angka tersebut tergolong tinggi sebab mengendalikan inflasi pasca bencana tidaklah mudah. Penyebab inflasi yakni harga tiket pesawat dan pangan yang naik sangat tinggi pasca bencana," papar Miyono.