EKBIS.CO, JAKARTA -- Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore ini terdepresiasi sebesar 67 poin ke posisi Rp14.549 dibandingkan sebelumnya Rp14.482 per dolar AS. Rupiah melemah karena faktor eksternal.
"Rupiah mengalami depresiasi, faktor ketegangan perdagangan Amerika Serikat (AS) dengan Cina masih membayangi pelaku pasar uang di dalam negeri," kata Kepala Riset Monex Investindo futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin (10/12).
Ia mengatakan, pasar kembali khawatir menyusul penahanan Kepala Keuangan Huawei Technology Meng Wanzhou oleh AS. Hal itu dapat menambah tensi hubungan dagang kedua negara.
Kendati demikian, menurut dia, pelemahan rupiah relatif terbatas mengingat outlook kenaikan suku bunga The Fed yang cenderung tidak agresif pada 2019 mendatang, setelah data upah non-pertanian (non-farm payroll/NFP) AS di bawah perkiraan.
Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova mengatakan fluktuasi rupiah relatif masih stabil, apalagi pemerintah terus berupaya menjaga stabilitas mata uang domestik melalui berbagai kebijakannya. "Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan agar stabilitas rupiah tetap terjaga," katanya.
Stabilitas rupiah yang terjaga, lanjut dia, akan memberikan kepercayaan bagi investor untuk kembali menanamkan investasinya di Indonesia. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (10/12), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp14.517 dibanding sebelumnya (7/12) di posisi Rp14.539 per dolar AS.