EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri mengatakan di era revolusi industri 4.0 mendatang akan ada 3,7 juta pekerjaan baru yang muncul. Seelain itu, menurutnya, akan ada beberapa pekerjaan lama yang menghilang.
Menurutnya, dunia industri akan mengalami disrupsi dan koloborasi beberapa jenis platform baru, sehingga menghasilkan jenis industri baru, hal ini berdampak pada jenis pekerjaan dalam industri tersebut. "Pekerjaan baru akan muncul sebagai dampak ekonomi digital dan 52,6 juta pekerjaan berpotensi akan hilang," kata Hanif dalam keterangan pers tertulis, Jumat (14/12).
Masa depan pekerjaan dalam era revolusi industri 4.0 akan banyak dipengaruhi oleh kehadiran big data. Keberadaan big data memiliki peluang menjanjikan untuk merevolusi dunia industri secara global. "Dibandingakan dengan era revolusi industri sebelumnya, generasi ke 4.0 lebih sulit untuk diprediksi arah perubahannya. Kehadiran big data menjadi faktor penting yang melandasi perubahan tersebut," tutur Hanif.
Untuk itu, kata Menaker, kuncinya ada pada penciptaan tenaga kerja kompeten secara kualitas, kuantitas, dan persebaran. Dimana kualitas harus sesuai kebutuhan pasar kerja. Kuantitas atau jumlah tenaga kerja harus banyak (memadai). Persebaran, tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.
Saat ini, kata dia, terjadi perubahaan paradigma tehadap pekerjaan, salah satu pola yang terbentuk adalah manusia tidak lagi mengejar status pekerjaan tetap, tetapi memilih untuk tetap bekerja.
Hanif Dhakiri kemudian memaparkan tiga kelemahan pekerja Indonesia, yang pertama adalah mengenai karakter dan etos kerja. Di dunia kerja karakter itu menjadi modal utama agar pekerja kita siap bersaing di pasar kerja global.
"Pekerja Indonesia kurang memiliki etos kerja yang kuat, selain itu bila melihat kondisi SDM di Indonesia, kita juga lemah dalam penguasaan bahasa asing (Inggris). Kelemahan lainya pada umumnya adalah penguasaan komputer /IT," katanya.
Sedangkan Direktur Eksekutif The Habibie Center Hadi Kuntjara, menambahkan keadilan sosial dalam Sila kelima dari Pancasila dapat dipenuhi melalui ketersediaan lapangan kerja yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
"Namun, persaingan global akan kualitas tenaga kerja dan keniscayaan hadirnya disruptif teknologi, merupakan tantangan yang harus dihadapi tenaga kerja Indonesia yang 60 persennya masih didominasi lulusan SD-SMP," kata Hadi.