EKBIS.CO, CHICAGO -- Perang dagang yang terjadi antara Cina dan Amerika Serikat (AS) mengakibatkan kerugian miliaran dolar AS bagi kedua belah pihak pada 2018. Perang dagang ini menghantam industri otomotif, teknologi, dan pertanian.
Pengamat pertanian Universitas Purdue, Wally Tyner mengatakan, ekonomi AS dan Cina masing-masing kehilangan sekitar 2,9 miliar dolar AS per tahun. Karena Cina mematok tarif impor untuk komoditas kedelai, jagung, gandum dan sorgum. Perdagangan di bidang pertanian mengalami hantaman cukup besar, sebab Cina merupakan importir kedelai terbesar dunia dan mengandalkan AS untuk minyak dari biji-bijian senilai 1,2 miliar dolar AS. Adapun saat ini sebagian besar pasokan kedelai Cina diimpor dari Brasil.
"Keduanya harus menyerukan resolusi, karena ini adalah kebijakan yang tidak menguntungkan untuk AS dan Cina," ujar Tyner seperti dilansir Reuters, Selasa (1/1).
Menurut data Kementerian Pertanian AS, total pengiriman ekspor pertanian AS ke Cina selama 10 bulan pertama di 2018 turun 42 persen dari tahun sebelumnya, yakni menjadi 8,3 miliar dolar AS. Sementara kontrak berjangka kedelai yang paling aktif diperdagangkan rata-rata 8,75 dolar AS per gantang pada periode Juli hingga Desember 2018. Jumlah tersebut turun dari rata-rata 9,76 dolar AS selama periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Tyner mengatakan, untuk mengompensasi para petani yang terkena dampak perang dagang, Pemerintah AS telah mengalokasikan sekitar 11 miliar dolar AS untuk pembayaran langsung dan membeli produk pertanian untuk program pemerintah.
Presiden North Dakota Farmers Union, Mark Watne mengatakan, di North Dakota petani kedelai mengalami kerugian setidaknya 280 juta dolar AS. Tarif impor kedelai yang diterapkan oleh Cina telah meningkatkan marjin sehingga menyebabkan anjloknya harga kedelai impor dari AS.
"Semua harga komoditas turun, dan itu mempengaruhi petani North Dakota secara tidak langsung," ujar Watne.
Di sisi lain, pabrik-pabrik pengolahan kedelai di Cina telah memasok kedelai dari AS terlebih dahulu sebelum kebijakan tarif tersebut ditetapkan. Hal ini menimbulkan kelebihan pasokan kedelai murah yang berlimpah di pasar domestik.
Cina telah mulai kembali membeli kedelai AS pada awal Desember setelah gencatan senjata yang disepakati oleh kedua belah pihak dalam KTT G20 di Argentina. Namun, Cina tetap mempertahankan tarif 25 persen untuk pembelian minyak biji-bijian dari AS.