Selasa 08 Jan 2019 14:49 WIB

Mendag Lepas Ekspor Satu Kontainer Produk Rotan Sukoharjo

Produsen kerajinan rotan masih kesulitan dalam memperoleh bahan baku

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita meninjau dan melepas produk kerajinan rotan satu kontainer produksi CV Maju Jaya di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (8/1).
Foto: Republika/Binti sholikah
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita meninjau dan melepas produk kerajinan rotan satu kontainer produksi CV Maju Jaya di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (8/1).

EKBIS.CO, SUKOHARJO -- Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita, mendorong peningkatan ekspor produk kerajinan rotan. Sebab, ekspor furniture rotan diakui mengalami sedikit penurunan tahun lalu.

Dalam kesempatan tersebut, Mendag melepas ekspor satu kontainer kerajinan rotan produksi CV Maju Jaya di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (8/1).

Sebelum melepas ekspor rotan, Mendag meninjau bengkel pembuatan kerajinan rotan CV Maju Jaya milik Mulyadi. Mendag tiba di CV Maju Jaya pukul 09.05 WIB.

Mendag mengatakan, kunjungannya tersebut memenuhi undangan Mulyadi untuk melihat bengkel dan showroom kemudian melepas furniture yang akan diekspor.

"Salah satu komoditas yang kami prioritaskan dan diunggulkan adalah furnitur yang bahan bakunya dari dalam negeri, kemudian mempekerjakan tukang yang memiliki keahlian itu bahkan dicari beberapa negara, mereka karena memiliki keahlian tertentu itu juga," terang Menteri Enggar kepada wartawan seusai melepas satu kontainer rotan.

Menurutnya, ekspor produk yang bahan bakunya dari dalam negeri memiliki banyak nilai tambah. Dia menyadari tahun lalu ekspor furniture agak turun. "Kita bangkitkan lagi sesuai perintah Pak Presiden mendorong ekspor komoditi yang memiliki nilai tambah," ucapnya.

Di samping itu, Mendag juga menyadari adanya kesulitan bahan baku dan peraturan yang dianggap mempersulit bagi produsen kerajinan rotan. Karenanya, dia bakal meninjau kembali peraturan-peraturan yang menyulitkan tersebut. Serta menjembatani agar perajin rotan mendapatkan kemudahan memperoleh bahan baku.

"Kita tidak akan izinkan ekspor rotan mentah. Kalau kita kirim, minimal semi, setengah jadi," ungkapnya.

Terkait akses pemasaran, dia juga menjanjikan akan memberikan akses pasar lebih besar dengan menandatangani perjanjian perdagangan. Langkah lainnya dengan mengajak pengusaha rotan mengikuti pameran-pameran tanpa dipungut biaya.

Mengenai penurunan ekspor, Mendag menilai hal itu disebabkan berkurangnya permintaan dari luar negeri. Hal itu disebabkan pertumbuhan ekonomi dunia yang juga mengalami penurunan.

Karenanya, pemerintah akan terus mendorong pengusaha-pengusaha untuk bisa mengisi pasar dalam negeri dan ekspor. Berapapun nilainya, lanjutnya, akan berdampak positif bagi neraca perdagangan Indonesia.

"Kalau ada hal-hal yang dianggap menghambat atau bagaimana untuk mendorong ekspor akan segara kita tindak lanjuti," ujarnya.

Sementara itu, pemilik CV Maju Jaya, Mulyadi, mengaku sudah melakukan ekspor kerajinan rotan sejak 1998. Dia mengakui adanya penurunan ekspor rotan tahun lalu.

Biasanya, dalam setahun dia bisa mengekspor produk rotan dengan total nilai 11 miliar dolar AS. Tahun lalu, nilanya turun menjadi 10 miliar dolar AS.

Penurunan tersebut salah satunya dipengaruhi faktor perekonomian global. "Disini ada penurunan sedikit tapi sekarang sudah mulai naik lagi," ungkap Mulyadi kepada wartawan.

Mulyadi menyatakan, dalam sepekan dia mengekspor rotan sebanyak dua sampai tiga kontainer, atau jika dihitung dalam sebulan mencapai delapan sampai sembilan kontainer. Negara tujuan ekspor produknya antara lain Italia dan Perancis.

"Yang diekspor ya meja, kursi da lemari. Nilainya sekitar 20 ribu sampai 25 ribu dolar AS per kontainer," ungkap Mulyadi.

Mengenai bahan baku, Mulyadi menyatakan ada sedikit kesulitan. Tetapi hal itu bisa diatasi melalui bekerja sama dengan daerah lain.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement