EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Hero Supermarket Tbk berupaya menerapkan strategi keberlanjutan bisnis. Di antaranya dengan memaksimalkan produktivitas kerja melalui proses efisiensi atau penutupan toko.
Hero menyatakan, sebanyak 532 karyawan terkena dampak efisiensi tersebut. Lalu sebanyak 92 persen di antaranya telah mengerti sekaligus sepakat mengakhiri hubungan kerja dengan perseroan.
Corporate Affairs GM Hero Supermarket Tony Mampuk menyebutkan, sebanyak 26 toko Hero sudah ditutup. "Para karyawan yang terdampak telah mendapatkan hak sesuai Undang-Undang Kementerian Tenaga Kerja RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan," ujarnya melalui siaran pers, Ahad (13/1).
Ia menyebutkan, sampai kuartal III 2018, Hero Supermarket mengalami penurunan penjual sebanyak 1 persen atau senilai Rp 9.849 miliar. Sebelumnya pada 2017 sebanyak Rp 9.961 miliar.
Penurunan tersebut, kata dia, disebabkan oleh penjualan bisnis makanan yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Meski begitu, Tony menjelaskan bisnis non-makanan tetap menunjukkan pertumbuhan cukup kuat.
Atas dasar itu, perusahaan meyakini keputusan melakukan efisiensi ini merupakan yang terbaik demi menjaga bisnis berkelanjutan. "Perusahaan kini sedang menghadapi tantangan bisnis. Maka kami mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga keberlangsungan usaha di masa mendatang," kata Tony.
Sebagai informasi, sampai 30 September 2018 perseroan mengoperasikan 448 toko. Terdiri dari 59 Giant Ekstra, 96 Giant Ekspres, 31 Hero Supermarket, 3 Giant Mart, 258 Guardian Health & Beauty, juga satu toko IKEA.