EKBIS.CO, JAKARTA -- Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menilai, pembangunan light rail transit (LRT) di luar kota tidak perlu dibangun secara elevated atau melayang. Sebab, harga tanah di luar kota lebih murah sehingga tidak sulit untuk membebaskan lahannya.
LRT di tengah kota perlu dibangun secara elevated karena harga tanahnya mahal dan sulit melakukan pembebasan lahan. Oleh karena itu, agar pembangunan LRT dapat efisien maka harus disesuaikan dengan wilayahnya.
"Kalau LRT-nya di tengah kota, itu perlu elevated, tapi kalau di luar kota, tidak perlu elevated karena lebih murah membebaskan lahan daripada membangunnya," kata Jusuf Kalla di Hotel Grand Sahid, Senin (14/1).
Sebelumnya, Jusuf Kalla mengkritik proyek pembangunan LRT Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi. Jusuf Kalla menilai pembangunan LRT tersebut tidak efisien.
Menurut Jusuf Kalla, inefisiensi bisa dilihat dari keputusan pembangunan rel secara melayang atau elevated. Padahal, harga tanah di wilayah perbatasan Jakarta tidak terlalu mahal, sehingga bisa dilakukan pembangunan rel reguler yang lebih murah.
Baca juga, LRT Cibubur-Depok Dibangun di Bawah
"Kalau luar kota lahan masih murah kok, masa, penduduk tidak ada, kenapa mesti (dibangun) elevated di luar kota, kecuali kalau wilayahnya sudah betul-betul sangat padat, itu berbeda," ujar Jusuf Kalla ketika membuka rapat koordinasi Pimpinan Nasional Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) di Istana Wakil Presiden, Jumat (11/1).
Kemudian, inefisiensi lainnya yakni pembangunan rel LRT tepat berada di samping jalan tol Jakarta-Cikampek. Jusuf Kalla mengatakan, infrastruktur LRT biasanya dibangun di lokasi berbeda dengan infrastruktur transportasi yang sudah ada. Dia mencontohkan, inefisiensi tersebut tampak pada jalur LRT ke arah Bogor dengan elevated.
"Saya kasih contoh, membangun LRT ke arah Bogor dengan elevated. Bbuat apa elevated kalau hanya berada di samping jalan tol? Dan biasanya light train itu tidak dibangun bersebelahan dengan jalan tol, harus terpisah," kata Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla mengatakan, inefisiensi tersebut membuat biaya pembangunan membengkak hingga Rp 500 miliar per kilometer. Oleh karena itu, pemegang proyek diperkirakan sulit mengembalikan modal investasi. Adapun Jusuf Kalla juga mempertanyakan konsultan yang terlibat dalam merancang proyek LRT tersebut.
"Siapa konsultan yang memimpin ini, sehingga biayanya Rp 500 miliar per kilometer. Kapan kembalinya kalau dihitungnya seperti itu," ujar Jusuf Kalla.