EKBIS.CO, BOGOR -- Salah seorang warga Kota Bogor, Agus (32), mengatakan, masih gemar berbelanja di toko ritel lantaran tidak dibebani biaya tambahan semisal ongkos kirim (ongkir) layaknya berbelanja di toko daring. Namun begitu ia mengaku, intensitas berbelanja di toko ritel cenderung menurun lantaran adanya harga promo yang kerap ditawarkan toko daring.
“Kalau belanja online banyak diskonnya, meski hanya Rp 10 ribu saja diskonnya, tapi lumayan juga. Tapi tetap, toko ritel masih dibutuhkan,” kata Agus saat ditemui Republika di salah satu minimarket di Jalan Jambu Dua, Kota Bogor, Selasa (15/1).
Agus jarang mengunjungi toko ritel besar seperti swalayan untuk berbelanja. Biasanya dia mendatangi toko ritel kecil seperti minimarket karena mudah dijangkau dari tempat tinggalnya.
Selain itu, kata dia, kebutuhan yang sering dia beli dari toko ritel besar seperti swalayan cenderung kebutuhan pokok seperti sabun, makanan kaleng, hingga bahan-bahan makanan lain. Dia mengaku hanya mengunjungi toko ritel besar beberapa kali saja dalam sebulan.
Sementara itu ditemui terpisah, seorang warga Kota Bogor Yanti (29), mengaku kerap berbelanja lewat aplikasi daring atau toko daring dari media sosial. Ibu dari satu anak itu menyebut toko daring memiliki kekuatan tersendiri dalam menggaet konsumen.
“Saya biasanya belanja lewat Instagram. Toko daringnya unik-unik, ada yang jual macam-macam produk pakaian yang jarang bisa didapat di swalayan,” katanya.
Yanti menjelaskan, akhir-akhir ini dirinya kerap berbelanja produk busana dengan desain untuk ibu menyusui. Selain dinilai banyak model terbaru dari busana yang ditawarkan, kata dia, berbelanja di Instagram juga lebih fleksibel karena dapat melihat keseluruhan ‘katalog' dari beranda galeri aku toko daring tersebut.
Selain berbelanja, Yanti juga dapat memaksimalkan potensi usaha lain dari kegemarannya membuka akun-akun toko daring di Instagram. “Karena kualitasnya bagus dan harga terjangkau, biasanya toko daring nawarin untuk buka reseller. Jadi lumayan, bisa buat tambahan,” kata dia.
Dirinya mengaku jarang berbelanja produk fashion di toko retail besar lantaran enggan datang ke lokasi ritel tersebut. Namun begitu dia menyebut masih sering berbelanja kebutuhan bulanan di toko retail.
Baru-baru ini, PT Hero Supermarket Tbk menginformasikan penutupan 26 toko Hero. Sebanyak 532 karyawan harus terkena dampak efisiensi,
Dalam dua tahun terakhir, sejumlah jaringan toko retail ditutup. PT Mitra Adi Perkasa (MAPI) menutup dan tidak memperpanjang gerai-gerai retail merek asing yang menjadi mitra mereka. Sementara, retail lokal semisal Matahari dan Ramayana juga menutup beberapa toko mereka.