Selasa 15 Jan 2019 23:51 WIB

Inalum: 2023 Penerimaan Negara Capai 1,8 Miliar Dolar AS

Hingga 2022 penerimaan negara bisa sekitar 470 juta dolar AS

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin (tengah) bersama Direktur Utama PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas (kedua kanan) mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin (tengah) bersama Direktur Utama PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas (kedua kanan) mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (15/1/2019).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Utama PT. Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), Budi Gunadi Sadikin memproyeksikan penerimaan negara hingga empat tahun kedepan bisa mencapai 1,8 miliar dolar AS. Budi menjelaskan penerimaan ini akan lebih besar daripada realisasi pada 2018 kemarin sebesar 180 juta dolar AS.

Budi merinci pada 2019 hingga 2020 mendatang memang negara berpotensi tidak mendapatkan penerimaan negara karena peralihan pengelolaan tambang. Tambang open pit sudah habis, maka 2019-2020 merupakan masa bagi PTFI untuk melakukan persiapan untuk penambangan bawah tanah (underground mining).

"Rincian penerimaannya 2019-2020 nol, 2021 dan 2022 masing masing sekitar 470 juta dolar AS," ujar Budi di Komplek DPR RI, Selasa (15/1).

Budi menjelaskan jika pada 2022 mendatang juga akan ada tambahan penerimaan negara dari produksi metal strip setara dengan 900 juta dolar AS. "Jadi Totalnya ya sekitar 1.8 miliar dolar AS," ujar Budi.

Budi juga menjelaskan cadangan yang dimiliki di bawah tambang PT. Freeport Indonesia (PTFI) masih melimpah. Budi menjelaskan selain tambang bawah tanah yang akan dikembangkan tahun depan, masih ada cadangan lain yang belum di eksplorasi.

Budi menjelaskan untuk tambang dalam saja yang saat ini sedang dipersiapkan memiliki kedalaman kurang lebih sampai 600 kilometer. "Itu seperti Jakarta - Surabaya, itu kalau dikembangkan merupakan cadangan yang berpotensi," ujar Budi.

Budi menjelaskan selain tambang dalam tersebut juga ada tambang lain disebelah kiri sisi tambang yang saat ini. Budi menjelaskan, tambang tersebut bernama Kucing Liar. Dalam cadangan tersebut sudah terbukti ada dan akan berusia lebih dari 2041.

"Tambang ini cadangannya terbukti. Ini bisa diolah 30 hingga 40 tahun kedepan. Jadi kesempatan cadangan emas dan tembaganya masih banyak," ujar Budi.

Budi juga menjelaskan, cadangan yang cukup ini juga sudah diuji oleh para geolog. "Usia tambangnya, sebenarnya lebih dari 2041. Tambang kuciing liar, itu sebenarnya punya cadangan yang strategik. Saya juga udah ngomong sama geologist. masih banyak juga potensi disana. Potensi cadangan baru masih terbuka," ujar Budi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement