EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Kebijakan Fiskal (BKF) mencatat sepanjang 2018 pertumbuhan sektor properti khususnya real estate melambat. Sedangkan pada tahun ini, BKF memprediksi pertumbuhan akan tetap stabil meski banyak rintangan.
"2019 ini stabil. Tapi stabilnya di level yang kurang menggembirakan. Di bawah rata rata pertumbuhan nasional," ujar Kepala Sub bidang Primer BKF, Asep Nurwanda, di Jakarta, Kamis (24/1).
Asep menjelaskan pada 2018 lalu pertumbuhan sektor properti tercatat berada di angka 3,4 persen. Angka ini berada di bawah target APBN secara umum yang sebesar 4,3 persen.
"Real estate sejak 2016 memang melandai. Dugaannya karena harga komoditas jatuh, maka konsumen properti bekerja di sektor itu kan. Dampaknya ke sektor properti dan real estate," ujar Asep.
Lesunya sektor properti ini juga terlihat dari kontribusi pajak sektor ini. Pertumbuhan penerimaan pajak di sektor konstruksi dan properti pada 2018 turun 0,54 persen menjadi 6,62 persen dibanding periode tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2018 realisasi penerimaan pajak dari sektor properti mencapai Rp 83,51 triliun.
Sementara itu pada tahun ini pihaknya memproyeksikan sektor properti masih memiliki sejumlah tantangan. Antara lain seperti perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina yang berdampak kepada negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Bagi negara berkembang ini menjadi faktor yang mengurangi investasi," lanjutnya.
Asep mengatakan, pada tahun ini Bank Sentral AS masih akan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali. Oleh karenanya Asep memproyeksikan sektor properti pada tahun ini masih memiliki sejumlah tantangan.