EKBIS.CO, JAKARTA -- Menanggapi pernyataan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution tentang panen raya jagung, Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Winarno Tohir turut angkat bicara. Menurut Winarno, pada Februari hingga Maret di beberapa sentra produksi Jagung yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung tercatat sedang melakukan panen raya.
“Gelaran panen raya di Jawa Timur berada di 7 kabupaten, yaitu Tuban, Lamongan, Lumajang, Jember, Kediri, Mojokerto, dan Pasuruan,” kata Winarno saat dimintai keterangan, Rabu (30/1).
Tidak hanya di Jawa Timur, panen raya jagung juga terjadi di sejumlah wilayah Sulawesi Selatan, seperti Kabupaten Takalar, Jeneponto, Pinrang dan Wajo. Winarno juga menyebutkan petani jagung di daerah Sumatera Utara sudah mulai melakukan panen raya.
Panen raya di berbagai wilayah di Indonesia berakibat langsung terhadap harga jagung di tingkat petani. Winarno menerangkan, harga jagung mulai turun dan tergolong bagus. Di Jawa Tengah harga jagung saat ini Rp 3.600-3.800 per kilogram untuk bentukan pipilan basah dan Rp 4.500-4.800 per kilogram pipilan kering. Sementara harga jagung yang sampai ke peternak berada di kisaran Rp 5.000-5.200 per kilogram.
"Kalau kondisi ini terus berlanjut, potensi pertanaman jagung akan meluas karena menjanjikan untuk para petani," ujarnya.
Oleh karena itu, Winarno menekankan dalam melihat persoalan jagung, agar tidak berkalkukasi jangka pendek yakni secara harian tidak ada jagung. Sebab, harus dipahami bahwa program jagung selama empat tahun terakhir.
Dikonfirmasi secara terpisah, Ketua Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) Sholahuddin yakin bahwa produksi jagung bulan Februari-Maret bisa mencapai target yang ditetapkan pemerintah. Terlebih panen di tahun ini mencakup lahan yang luas.
Menjawab Menteri Koordinator Darmin Nasution yang mempertanyakan fakta panen jagung, Sholahuddin pun angkat bicara soal fakta di lapangan. "Ini saya sedang di Lamongan, dan usia pertanaman jagung sudah mencapai umur 85 hari, sebentar lagi panen raya. Ini fakta di lapangan dan bukan pepesan kosong,” ujarnya.
Sholahuddin menyampaikan tercatat areal panen kurang lebih seluas 472 ribu hektare dengan perkiraan produksi 1,9 juta ton. Luas panen terbesar berada di Kabupaten Sumenep, Tuban, Sampang, Jember, Pasuruan dan Lamongan.
Ketua KTNA Provinsi Lampung Kaslan saat dikonfirmasi juga membenarkan potensi panen raya awal 2019 jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Insya Allah di 2019 ini meningkat, karena di 2018 kemarin jagung itu bagus (harga dan produksinya), biasanya kalau harganya bagus, petani itu mau tanam terus,” tutur Kaslan dengan nada optimistis.
Terkait dengan isu impor jagung di 2019, Kaslan menyayangkan hal tersebut jika benar-benar direalisasikan. Hal tersebut sesungguhnya menjadi berita buruk bagi para petani menurut Kaslan.
“itu akan menjadi kendala petani, petani pasti akan terpuruk. Jika itu benar dilakukan, pusat-pusat produksi jagung seperti Lampung ini, (produksinya) pasti akan menurun, ya kita kalau sudah begitu tidak bisa berbuat apa-apa lagi,” pungkasnya.