EKBIS.CO, TOKYO -- Ekonomi Jepang rebound di kuartal terakhir tahun 2018. Setelah ekonomi Jepang terpukul di kuartal sebelumnya, pertumbuhan tahunan naik 1,4 persen.
Berdasarkan data yang dirilis Kantor Kabinet Jepang pada hari ini, Kamis (14/2), ada peningkatan di berbagai sektor. Antara lain ekspor, permintaan konsumen, investasi dan pengeluaran pemerintah.
Produk domestik bruto (PDB) Jepang membukukan kontraksi pada periode Juli-September tahun lalu. Data ini menunjukan pertumbuhan masih lebih lemah dibandingkan penurunan yang terjadi pada periode Juli-September yang mana mencapai 2,6 persen.
Chief Market Economist SMBC Nikko Sekuritas Yoshimasa Maruyama mengatakan walaupun menunjukan peningkatan tapi ekonomi Jepang masih berisiko. Hal-hal seperti perselisihan perdagangan di sektor otomotif dengan Amerika Serikat dan rencana kenaikan pajak pada tahun ini dapat menggangu pertumbuhan ekonomi Jepang.
Presiden AS Donald Trump sudah menaikan tarif impor industri otomotif Jepang. Ia juga mengancam akan kembali menaikannya. Hal ini dapat merugikan perekonomian Jepang baik secara langsung dan tidak langsung jika mereka terdampak pada pertumbuhan ekonomi Cina.
Jepang juga berencana menaikan pajak konsumsi pada bulan Oktober mendatang dari delapan persen menjadi 10 persen. Para ekonom berpendapat kenaikan pajak konsumsi ini dapat menghambat pengeluaran konsumen.
Kenaikan pajak ini menjadi tantangan tersulit pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe. Namun, ia sudah dua kali menunda kenaikan pajak tersebut.