EKBIS.CO, JAKARTA -- Kinerja perdagangan Indonesia terus tertekan. Hal itu terlihat dari semakin melebarnya defisit neraca perdagangan pada Januari 2019.
Peneliti dari Asian Development Bank Institute (ADBI) Eric Sugandi menilai, defisit neraca perdagangan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi jika defisit ini disebabkan oleh penurunan ekspor.
"Ekspor ini punya kaitannya dengan sektor-sektor produksi dalam perekonomian. Tahun ini akan banyak tantangan eksternal terhadap kinerja ekspor Indonesia," ujar Eric kepada Republika.co.id, Ahad, (17/2).
Ia menyebutkan, tantangan ekspor tersebut meliputi perlambatan ekonomi global, turunnya harga minyak dunia, serta risiko berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina. "Kalau kita lihat dari sisi demand Produk Domestik Bruto (PDB), net exports (exports-imports) merupakan salah satu komponen PDB," jelasnya.
Jadi jika net ekspor tersebut defisit, maka akan menjadi pengurang pada PDB. "Meski begitu perekonomian Indonesia serta PDB-nya lebih banyak digerakkan oleh faktor-faktor domestik, terutama konsumsi rumah tangga dan disusul investasi," kata Eric.
Lebih lanjut, kata dia, ketika ekspor Indonesia melemah, konsumsi rumah tangga seringkali bertindak sebagai shock absorber. Eric pun memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan tumbuh di 5 sampai 5,2 persen walau kinerja neraca perdagangan masih belum baik atau masih defisit.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan neraca perdagangan pada Januari 2019 kembali defisit. Kali ini defisit sebesar 1,16 miliar dolar AS, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang sebesar 1,03 miliar dolar AS.