Selasa 19 Feb 2019 07:51 WIB

Produk Makanan dan Minuman RI Miliki Daya Saing Global

Ekspor produk makanan dan minuman Indonesia mencapai 29,91 miliar dolar AS pada 2018

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto
Foto: Republika TV/Surya Dinata
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto

EKBIS.CO, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, industri makanan dan minuman mampu tumbuh sebesar 7,91 persen pada 2018 lalu. Angka tersebut melampaui pertumbuhan ekonomi nasional 5,17 persen.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartato menilai industri makanan dan minuman nasional memiliki keunggulan. “Berpotensi unggul karena pasokan dan user-nya banyak. Kuncinya adalah peningkatan daya saing lewat inovasi dan keamanan pangan,” kata Airlangga, Senin (18/2).

Baca Juga

Menurutnya, capaian kinerja industri makanan dan minuman tercatat konsisten mulai dari peningkatan produktivitas, investasi, ekspor, hingga penyerapan tenaga kerja.

Dia menambahkan, produk makanan dan minuman Indonesia telah dikenal memiliki daya saing di kancah global. Hal itu ditandai dengan capaian nilai ekspor sebesar 29,91 miliar dolar AS pada 2018.

Dia optimistis, dengan implementasi industri 4.0, pemanfaatan teknologi industri makanan dan minuman nasional mampu melakukan terobosan inovasi produk guna memenuhi selera konsumen nasional dan internasional.

Di sisi lain, Airlangga menyambut baik adanya upaya industri makanan dan minuman di Indonesia yang terus meningkatkan nilai tambah sumber daya alam lokal. Salah satunya di sektor pengolahan kopi yang menghasilkan produk olahan ekspor ke sejumlah negara.

“Hilirisasi ini membawa efek berantai yang luas bagi perekonomian nasional,” katanya.

Di kancah global, kata dia, ekspor produk kopi olahan nasional terus meningkat tiap tahunnya. Ekspor tersebut didominasi oleh kopi olahan berbentuk instan sebesar 87,9 persen dan sisanya berbasis ekstrak dan essence.

Dia menuturkan, tujuan ekspor utama industri pengolahan kopi nasional antara lain Filipina, Malaysia, Cina, Iran, dan Uni Emirat Arab. Menurutnya, sebagai negara terbesar keempat penghasil kopi di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia, industri pengolahan kopi nasional memiliki tren yang baik dan berpotensi berkembang.

Dalam meningkatkan kinerja industri pengolahan kopi nasional di era pasar bebas, kata dia, diperlukan penggunaan teknologi yang dapat menghasilkan inovasi. “Kita juga harus meningkatkan kualitas produk dengan penerapan sistem manajemen mutu, keamanan pangan, serta SDM (sumber daya manusia),” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement