EKBIS.CO, NEW DELHI -- Airbnb akan melakukan investasi secara agresif di pasar berkembang seperti Cina dan India. Hal itu dilakukan setelah adanya lonjakan besar jumlah tamu dan daftar di negara tersebut selama 2017-2018.
Platform berbagi penggunaan rumah tersebut tahun lalu mengalami pertumbuhan 131 persen di Cina dan 65 persen di India dengan lonjakan perjalanan domestik yang terjadi. Terlebih lagi, negara-negara tersebut menarik semakin banyak pelancong internasional.
"Pada 2019, kami akan menggandakan investasi pemasaran kami di India untuk mendorong kesadaran Airbnb di seluruh negeri dan menjangkau jutaan tamu potensial," kata Direktur Regional Airbnb Asia-Pasifik Siew Kum-hong dilansir di laman Skift.com. Bahkan, pihaknya akan mengintegrasikan lebih banyak metode pembayaran lokan di India pada akhir tahun ini.
Salah satu pendiri dan kepala strategi Airbnb Nathan Blecharchzyk akhir pekan ini berada di New Delhi, India. Ia akan meluncurkan kemitraan dengan Digital Empowerment Foundation untuk memberikan pelatihan keterampilan perhotelan kepada 15 ribu pengusaha wanita yang potensial menjadi tuan rumah.
Tiga tahun lalu, pelancong Cina menyumbang 65 persen tamu Airbnb di Cina. Tahun lalu, mereka adalah mayoritas yang mencapai 91 persen. Di India, sebanyak 78 persen tamunya tahun lalu adalah wisawatan lokal. Sementara pada 2015 hanya 53 persen pelancong lokal.
Tidak hanya tingginya perjalanan domestik di kedua negara tersebut, mereka juga menjadi rumah bagi milenial dalam jumlah besar yakni 400 juta hingga 410 juta pemesan Airbnb. Sekitar 60 persen dari semua tamu yang memesan di Airbnb antara 2008 dan 2016 adalah generasi milenial. Lebih dari 40 persen dari semua tamu di India tahun lalu adalah berusia di bawah 30 tahun.
Hong mengatakan, pihaknya bertujuan untuk membawa satu miliar pengguna ke platformnya dalam 10 tahun ke depan.
"Pasar negara berkembang seperti Cina dan India, pusat pengaruh baru dalam pariwisata global akan menjadi mesin pertumbuhan kami saat kami berupaya mencapai tujuan itu," ujar dia.
Menurut Hong, jika semua berjalan dengan baik, pada 2030 sebanyak 40 persen dari satu miliar pengguna atau 400 juta akan berasal dari pasar negara berkembang di Asia Pasifik, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin.