EKBIS.CO, MAGELANG -- Toyota Indonesia lebih mengutamakan ekspansi pasar ekspor, dibandingkan meningkatkan impor mobil dari negara lain untuk pasar dalam negeri. Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy di Magelang, Jawa Tengah, Rabu, mengatakan, saat ini permintaan mobil sedan, khususnya Toyota Camry, mengalami peningkatan di atas perkiraan.
"Sebelumnya permintaan sedan Toyota Camry hanya sekitar 100 unit per bulan, tapi kini bener-bener double, bisa 200 unit per bulan SPK (surat pemesanan kendaraan)-nya," katanya. Padahal mobil tersebut, lanjut dia, harus diimpor dari Thailand.
Namun, menurut Anton, pihaknya selalu memperhatikan neraca ekspor-impor Toyota Indonesia. Dengan begitu, kalaupun perlu melakukan impor untuk memenuhi permintaan konsumen maka ekspor mobil Toyota dari Indonesia harus digenjot.
"Kami tidak mau naikkan impor ketinggian, harus balance dengan pertumbuhan ekspor," katanya.
Apalagi, neraca perdagangan Indonesia tahun lalu minus. Anton menjelaskan, Toyota Grup di Indonesia baik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) maupun PT Astra Daihatsu Motor (ADM) mencanangkan kenaikan ekspor dengan membuka tiga tujuan pasar baru, antara lain Guatemala dan Kamboja.
Total produk Toyota yang dipasarkan di Indonesia mayoritas diproduksi di Indonesia. Kurang dari 10 persen yang diimpor dari negara lain.
Berdasarkan data TMMIN, pada 2018 ekspor Toyota mencapai 206.600 unit naik empat persen dibandingkan 2017 sebesar 199.600 unit. Toyota Fortuner menjadi kontributor ekspor terbesar sebanyak 52.600 unit atau sekitar 25 persen, kemudian Avanza 35.300 unit atau sekitar 17 persen, dan Rush sebanyak 34.100 unit atau sekitar 17 persen.
Model lainnya yang memberi kontribusi yang cukup besar untuk ekspor adalah Agya sekitar 15 persen (31.000 unit) dan Vios sekitar 11 persen (23.100 unit). Sisanya model lain seperti Kijang Innova, Yaris, dan Sienta.
"Jadi kami minta maaf kepada pembeli Toyota Camry, indennya agak lama, sekitar tiga bulan," kata Anton.