EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan mereka ingin bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS) dalam sektor perdagangan. Kementerian Luar Negeri Cina menyatakan dua perekonomian terbesar di dunia ini sudah melakukan pembicaraan untuk menyelesaikan perselisihan perdagangan mereka. Tentu kerja sama tersebut akan berdampak pada negara berkembang, salah satunya Indonesia.
Analis Binaartha Sekuritas M Nafas Aji Gusta Utama mengatakan perang dagang antara AS dan Cina memberikan dampak positif bagi Indonesia. “Masih positif (akibat perang dagang AS dan Cina), kita berpotensi pertumbuhan ekonomi 5,3 persen pada tahun ini, yang penting selama ini pertumbuhan ekonomi ditopang fundamental berkesinambungan setidaknya kita mesti faktor sentimen negatif yang berasal dari global,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Sabtu (8/3).
Menurutnya, selama ini pemerintah menjaga stabilitas maka berdampak pada investasi yang kondusif. Hanya saja, pemerintah perlu lebih mempermudah aturan investasi, sehingga lebih kompetitif di Asean.
“Negara lain izinnya cepat seperti Vietnam supaya lebih meningkat, kalau tidak ini akan menyulitkan Indonesia mengalami kinerja pertumbuhan ekonomi ke depan,” ungkapnya.
Di sisi nilai tukar rupiah, menurutnya saat ini pergerakan mata uang garuda cenderung stabil. Saat ini, rupiah masih berada pada level Rp 14.000 per dolar AS.
“Kita perlu apresiasi terkait dengan target pemerintah mengurangi CAD 2,5 persen sekarang tinggal implementasi, pemerintah juga telah menerapkan kebijakan melindungi kenaikan bea impor karena efek dari perang dagang,” ungkapnya.