Ahad 10 Mar 2019 14:51 WIB

Perusahaan AS Rugi 4,4 Miliar Dolar AS per Bulan

Kerugian yang dialami perusahaan AS ini akibat perang dagang AS dengan China

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Bursa saham di Wall Street
Foto: AP
Bursa saham di Wall Street

EKBIS.CO, WASHINGTON -- Dampak perang tarif Amerika Serikat (AS) melawan mitra dagangnya, khususnya Cina, sudah dirasakan oleh industri dan perusahaan di AS. Menurut para peneliti, akibat perang dagang perusahaan dan konsumen di AS dirugikan 4,4 miliar dolar AS per bulan pada tahun 2018 lalu.

Ekonom dari Federal Reserve New York, Universitas Princeton dan Universitas Columbia menilai kebijakan tarif bea masuk berdampak pada harga dan kesejahteraan di AS. Para pakar ini menyimpulkan bahwa mereka yang terkena tarif di luar negeri 'tidak membayar tagihan'.

Baca Juga

Hasil penelitian ini dirilis ketika AS dan Cina dilaporkan sudah mendekati kata sepakat untuk mengakhiri konflik dagang. Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan bertemu di Florida pada akhir Maret untuk memastikan kesepakatan itu.

Hal itu juga terjadi setelah Gubernur Bank Sentral AS, Federal Reserve, Jerome Powell pekan lalu memperingatkan perlambatan ekonomi AS tahun ini dan risiko lainnya, termasuk perlambatan global, pasar keuangan yang tidak stabil, dan ketidakpastian kebijakan perdagangan Amerika.

Dalam makalah yang berjudul "Dampak dari perang dagang 2018 pada harga dan kesejahteraan AS", Mary Amiti, Stephen Redding dan David Weinstein mengatakan kejatuhan dari perselisihan perdagangan antara AS-Cina telah merusak tatanan ekonomi.

Dilansir di South China Morning Post disebutkan, para peneliti itu mengatakan perang dagang telah merugikan konsumen AS dan perusahaan-perusahaan yang mengimpor barang asing dengan tambahan biaya senilai 3 miliar dolar AS per bulan berupa biaya pajak tambahan dan kerugian perdagangan senilai 1,4 miliar dolar AS per bulan.

Penerapan tarif balasan ini telah menjerumuskan AS ke dalam episode pertama perlindungan tarif kompetitif skala besar sejak era depresi hebat tahun 1930-an, menurut makalah itu.

Berdasarkan model perdagangan konvensional, para peneliti menemukan bahwa dampak buruk dari pengenaan tarif perdagangan sebagian besar sejalan dengan apa yang diprediksi berdasarkan pada kerangka penawaran dan permintaan yang sederhana.

Mereka mengatakan ekonomi AS telah mengalami peningkatan substansial dalam harga barang setengah jadi dan produk jadi, perubahan besar pada jaringan rantai pasokannya, pengurangan ketersediaan varietas impor, dan pengenaan total tarif ke harga domestik barang impor.

"Seluruh kebijakan tarif ini berdampak pada konsumen dalam negeri dan importir sampai sekarang," kata para ekonom.

Dengan diberlakukannya tarif, produsen AS merespons pengurangan persaingan impor dengan menaikkan harga mereka, menurut laporan itu. Harga-harga naik rata-rata satu persen pada tahun lalu. Barang-barang yang dikenai tarif bea masuk mengalami kenaikan harga 10 persen menjadi 30 persen, kata para peneliti.

"Mengingat bahwa angka-angka ini sebanding dalam besarnya dengan tarif yang diterapkan, itu menunjukkan bahwa banyak tarif diteruskan ke importir dan konsumen AS," kata makalah itu.

Para ekonom mengatakan tarif impor AS memiliki efek langsung pada harga barang impor yang dijual di AS. Mereka memberikan contoh mesin cuci.

Trump mengumumkan gelombang pertama tarif AS pada Januari 2018 dengan mengenakan bea masuk 20 persen hingga 50 persen pada mesin cuci impor dan 30 persen pada panel surya. Setelah tarif-tarif itu dikenakan, biaya peralatan utama meningkat tajam setelah harga-harga turun secara stabil pada tahun-tahun sebelumnya.

Kebijakan pertama Trump ini diikuti oleh gelombang kedua tarif pada bulan Maret atas impor baja dan aluminium senilai 18 miliar dolar AS, dan putaran ketiga pada bulan Juni untuk produk baja dan aluminium senilai 22 miliar dolar AS. Tetapi bea itu lebih kecil dari tarif yang diberlakukan Washington untuk mengenakan barang-barang Cina senilai 250 miliar dolar AS, mulai dari Juli.

Selama tahun 2018, AS menerapkan bea masuk berkisar antara 10 hingga 50 persen untuk impor senilai 283 miliar dolar AS. Sebagai tanggapan, mitra dagang AS, terutama Cina, telah membalas dengan tarif rata-rata 16 persen terhadap 121 miliar dolar AS nilai ekspor dari Amerika.

Para ekonom mengatakan mereka juga telah melihat bukti dampak besar AS dan tarif pembalasan ini pada rantai pasokan global.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement