EKBIS.CO, JAKARTA -- Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menggarap pasar modal syariah. Merujuk pada data World Bank 2017, 87 persen penduduk Indonesia merupakan Muslim dan 64 persen diantaranya adalah kelompok produktif.
Meski demikian, potensi tersebut tidak diikuti oleh besarnya pangsa pasar. Secara global, pangsa pasar keuangan syariah Indonesia di pasar global berada di peringkat ke-7 di dunia pada 2017.
Aset keuangan syariah Indonesia tercatat 81,839 miliar dolar AS atau setara empat persen di pasar keuangan syariah global. Angka tersebut masih terbilang jauh dari Malaysia dengan aset sekitar 20 persen dari keuangan global syariah.
"Justru karena masih kecil (pangsa pasar) maka ruang tumbuhnya begitu besar,” kata Kepala Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia (BEI) Irwan Abdalloh, Senin (18/3).
Berdasarkan data BEI, menurut Irwan, besarnya potensi pasar modal syariah Indonesia terlihat dari transaksi saham syariah yang mendominasi pasar saham Indonesia. Jumlah saham syariah dari 2011 hingga 2019 mengalami pertumbuhan 170 persen.
Sementara itu, dari sisi komposisi total investor saham, investor syariah tercatat 5,2 persen dimana 56 persennya merupakan investor syariah aktif. Pertumbubam investor saham syariah sendiri lebih tinggi dibandingkan total investor saham.
Dari total investor pada 2018, pertumbuhan investor syariah tercatat sekitar 92 persen, sedangkan total investor hanya 36,1 persen. Tidak hanya itu, BEI juga mencatat return saham syariah Indonesia cukup bersaing di pasar global.
Sejak diluncurkan sampai dengan Oktober 2018, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) telah tumbuh 47 persen. Angka tersebut merupakan kedua tertinggi dibandingkan dengan indeks saham syariah dunia.