EKBIS.CO, LOMBOK BARAT – Sejumlah petani di beberapa daerah produsen padi meminta Bulog hadir di tengah-tengah mereka dan melakukan penyerapan gabah. Saat ini, para petani padi sedang melakukan panen raya sehingga ketersediaan pasokan untuk Bulog sangat berlimpah.
Lalu Saleh, petani dari Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengatakan, saat panen raya seperti saat ini seharusnyta petani bergembira menikmati hasil usahanya. Namun, harapan itu masih menemui ruang kosong lantaran ketiadaan Bulog.
“Harga gabah mulai jatuh. Bulog di mana? Ini belum kelihatan ada pergerakan melakukan pembelian,” kata Lalu Saleh, Rabu (20/3).
Menurut Lalu Saleh, sudah sepekan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani menyentuh angka Rp 4.000 per kilogram. Padahal, apabila mengacu pada harga pembelian pemerintah (HPP), GKP seharusnya Rp 4.070/kg.
“Sudah seminggu ini harga gabah Rp 4.000 dan cenderung turun terus sampai Rp 3.800,” ujar Lalu Saleh.
Hal yang sama dikeluhkan Sarjiah Bolo, petani Takalar, Sulawesi Selatan. Menurut Sarjiah, harga gabah saat ini menyentuh angka Rp 3.800. “Saya sangat cemas kalau harga begini terus,” katanya.
Sarjiah pun berharap Bulog segera turun ke sawah-sawah yang sedang melakukan panen guna membeli gabah petani. Dengan demikian, harga bisa normal lagi. “Paling tidak bisa di harga Rp 4.200 per kilogram GKP,” tambahnya.
Menurunnya harga gabah dialami pula oleh petani di Nganjuk, Jawa Timur. Zainal Abidin, salah satu petani di Nganjuk mengatakan, harga gabah terus turun dalam 10 hari terakhir. “Sepuluh hari lalu harga masih Rp 4.300. Sekarang sudah anjlok di harga Rp 3.700.”
Zainal juga meminta Bulog segera melakukan pembelian agar para pertani tidak semakin merugi. “Ini kan diperparah karena ada hujan dan kami tidak punya alat pengering,” ujarnya.
Sugeng, petani di Kecamatan Geneng, Ngawi, Jawa Timur, menambahkan, gabah hasil panen petani saat ini banyak dibeli oleh pembeli dari luar kota. Kendati demikian, harga jual gabah di Geneng tidak terlalu bagus.
“Harga berkisar Rp 3.900 sampai Rp 4.100 karena Bulog tidak pernah terlihat. Mestinya, di saat seperti ini Bulog hadir melakukan pembelian,” ujar Sugeng.
Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Indonesia Winarno Tohir mengatakan, Bulog masih minimal menyerap gabah petani lantaran merasa masih banyak stok di gudang-gudang mereka. Bulog juga dinilai Winarno kurang kreatif mencari peluang pasar baru untuk menjalankan fungsi komersialnya.
“Selama ini kan pasar Bulog disediakan pemerintah. Bulog serap gabah kalau ada kebutuhan untuk penyaluran rastra dan sebagainya. Seharusnya cari pasar baru agar fungsi stabilisator harga Bulog juga jalan,” kata Winarno.