EKBIS.CO, PONTIANAK -- Kementerian Pertanian (Kementan) terus berusaha menumbuhkan sentra pengembangan bawang merah di luar Pulau Jawa. Hal ini bertujuan untuk stabilisasi pasokan dan harga bawang merah. Untuk wilayah Kalimantan, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) ditunjuk sebagai sentra pengembangan bawang merah biji atau true shallot seed (TSS).
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan Mohammad Ismail Wahab dalam keterangan tertulisnya menjelaskan, kebutuhan bawang merah di Kalbar sebesar 24.971 ton bisa dipenuhi dari pertanaman seluas 2.903 hektare.
“Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura telah mengalokasikan bantuan bawang merah untuk Kalimantan Barat seluas 245 hektare dari dana APBN 2019. Bantuan bawang merah ini ada dua macam, yaitu bawang merah umbi seluas 200 hektare dan bawang merah biji seluas 45 hektare,” kata Ismail, Kamis (21/3).
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar Heronimus Hero menyambut baik program pengembangan bawang merah biji. Kalbar mendapatkan alokasi bawang merah biji dari APBN untuk sembilan kabupaten/kota seluas 45 hektare.
“Saya harap dengan benih bawang merah biji bisa meningkatkan produksi bawang merah di Kalbar. Walaupun bagi sebagian petani ini hal baru, tapi saya yakin petani bisa. Hortikultura kan bisa dikembangkan secara fleksibel,” katanya.
Heronimus menambahkan, diperlukan diseminasi informasi dari penyuluh ke petani dan sarana prasarana pendukung untuk mensukseskan program tersebut. Saat ini, pola konsumsi masyarakat semakin meningkat. “Jadi, hortikultura harus dikembangkan lebih massif lagi.”
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Sambas A Mubarak yang menerima alokasi bawang merah biji seluas 5 hektare mengatakan, Sambas siap melaksanakan pengembangan bawang merah biji. “Selain budidayanya mudah, hasilnya juga jauh lebih besar daripada bawang merah umbi.”
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sanggau M Farkhan menyatakan, wilayahnya mendapat alokasi bawang merah biji seluas 5 hektare. Menurut Farkhan, Sanggau sudah melakukan CPCL walaupun petani Sanggau belum pernah menanam bawang merah biji sebelumnya. "Tetapi kami yakin program ini akan berhasil karena ada pendampingan langsung dari perusahaan produsen benih,” katanya.
Salah satu sentra pengembangan bawang merah di Kalbar adalah Kabupaten Kubu Raya. Kelompok Tani Arang Jaya Desa Arang Limbung, Kecamatan Sungai Raya Kubu Raya berhasil mengembangkan bawang merah varietas Bima Brebes. Buktinya, bawang merah yang sudah ditanam dari dua bulan yang lalu kini sudah bisa dipanen.
“Harga bawang merah di sini sekarang Rp 24 ribu sampai Rp 25 ribu, kalau di eceran bisa Rp 40 ribu,” ujar Wiwin anggota Kelompok tani Arang Jaya.
Harso dan Asmara yang juga tergabung dalam Kelompok Tani Arang Jaya merasa senang melihat keberhasilan penanaman bawang merah. Mereka mengaku ingin menanam bawang merah lagi. Begitu juga dengan petani setempat yang mulai tertarik ingin ikut menanam bawang merah.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Kubu Raya Herculanus Gunawan menjelaskan, potensi pengembangan hortikultura di Kecamatan Sungai Raya sebesar 120 hektare. “Potensi di sini besar, hanya belum tergarap semua. Ke depan, wilayah ini akan kami fokuskan untuk tanam bawang merah,” kata Herculanus.
Koordinator PPL Kabupaten Kubu Raya Emi W merasa bangga atas keberhasilan penanaman bawang merah di Kalimantan. Sebab, kelompok tani ini baru pertama kali mencoba menanam bawang merah dan langsung berhasil. “Biasanya mereka tanam kangkung, sawi, cabai, dan tomat. Sekarang sudah bisa tanam bawang merah. Hanya saja, petani di sini kan umumnya tanam di lahan gambut, jadi permasalahannya lebih banyak. Harapan kami, Kementerian Pertanian bisa memberikan bantuan kapur atau dolomit dan pembenah tanah, seperti trichoderma yang bisa menguraikan bahan organik,” ujar Emi.
Kasubdit Bawang Merah dan Sayuran Umbi Muhammad Agung Sunusi saat menghadiri pertemuan Koordinasi dan Sosialisasi Pengembangan Hortikultura Kalimantan Barat 2019 di Kota Pontianak, Selasa (19/3), menjelaskan, salah satu pemenuhan bawang merah selain dari benih umbi bisa juga dilakulan dari benih biji atau TSS. Alasannya, TSS lebih menguntungkan. Benihnya hanya butuh 5 kilogram per hektare, sedangkan kalau dari benih umbi bisa butuh 1 sampai 1,5 ton. Pemupukannya juga lebih hemat 30 persen. Selain itu, produktivitasnya lebih besar, bisa 17 - 25 ton.
Menurut Agung, wilayah Kalbar sangat prospektif untuk pengembangan bawang merah biji. Pengembangan bawang merah biji akan dilakukan di Kabupaten Bengkayang, Sanggau, Sambas, Ketapang, Mempawah, Landak, Kubu Raya, Kota Singkawang dan Kota Pontianak.
Saat kunjungan kerja ke Kabupaten Kubu Raya, Agung berharap, budidaya bawang merah di lahan gambut Kubu Raya dapat direplikasi untuk lahan gambut di wilayah lainnya. “Kubu Raya sebagai kabupaten terdekat Kota Pontianak harusnya bisa mensuplai kesana. Kalau setiap bulan ada pertanaman bawang merah, Kalimantan Barat bisa mandiri swasembada bawang merah. Tidak perlu lagi ambil dari Jawa, cukup dipenuhi dari Kalimantan. Bahkan Kalbar bisa mensuplai untuk wilayah Kalimantan,” kata Agung.