EKBIS.CO, NEW YORK -- Kurs dolar AS turun tajam terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (20/3) atau Kamis (21/3) pagi WIB. Penurunan tajam ini terjadi setelah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (Fed) mempertahankan suku bunga acuan stabil.
Selain itu, para pembuat kebijakan mengabaikan proyeksi untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut tahun ini, karena bank sentral menandai perkiraan perlambatan dalam ekonomi. Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan untuk mempertahankan kisaran target suku bunga federal fund di 2,25 persen hingga 2,50 persen.
"Mengingat perkembangan ekonomi dan keuangan global dan tekanan inflasi yang diredam, Komite akan bersabar ketika menentukan penyesuaian di masa mendatang pada kisaran target suku bunga Federal Fund yang mungkin sesuai untuk mendukung hasil ini," katanya.
Dalam perubahan besar dalam perspektifnya, The Fed sekarang juga memperkirakan untuk menaikkan biaya pinjaman hanya sekali lagi sampai 2021, dan tidak lagi mengantisipasi perlunya menjaga inflasi dengan kebijakan moneter yang ketat.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,6 persen menjadi 95,806, terendah sejak 4 Februari. Indeks sempat tergelincir di bawah rata-rata pergerakan 200 hari.
Terhadap yen, dolar AS melemah 0,6 persen, pada langkah untuk hari terburuknya dalam lebih dari dua bulan. "Dolar berada di bawah tekanan terhadap sejumlah besar mata uang di seluruh dunia," kata Associate Manager Portfolio Manulife Asset Management, Chuck Tomes di Boston.
"Secara keseluruhan tampaknya The Fed mampu memperkuat pandangan dovish mereka karena tidak ada kenaikan suku bunga pada tahun ini dan hanya satu kenaikan suku bunga untuk tahun 2020," katanya.
"Itu lebih dovish daripada yang diperkirakan banyak orang di margin, meskipun pasar sedang mencari Fed dovish hari ini," kata Tomes.