EKBIS.CO, KAPUAS -- Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) melepas ekspor Crude Palm Oil (CPO) sebanyak 1.417 ton. Ekspor senilai Rp 9,49 miliar tersebut dikirim ke Malaysia.
Selain CPO, Kalimantan Barat juga memiliki potensi lain diantaranya arang, lada biji, bungkil kelapa, langsat dan kelapa bulat.
Kepala Balai Besar Uji Standar Karantina Sriyanto mengatakan, posisi pemerintah dalam hal ini Kementan tidak hanya mendorong potensi pertanian yang ada agar memenuhi kualitas dan persyaratan sanitary dan phytosanitary (SPS) negara tujuan. Tetapi juga dapat mengajak investor maupun pembeli dari negara tujuan agar melihat langsung potensi yang ada.
"Kita bisa ajak mereka melihat potensi yang ada, karena saya yakin kita bisa bersaing dengan produk dari negara lain," ungkapnya di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Nanga Badau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Jumat (22/3).
Menurutnya, ekspor melalui PLBN kini makin mudah dan sangat potensial karena bisa langsung ditempuh melalui jalur darat. Kementan sendiri melakukan sertifikasi karantina tiga PLBN yang ada di wilayah Karantina Entikong, meliputi PLBN Aruk di Kabupaten Sambas, PLBN Nanga Badau di Kabupaten Kapuas Hulu dan PLBN Entikong.
Ia menyebutkan, pada 2018 komoditi pertanian unggulan selain CPO yang telah diekspor ke Malaysia sejak 2016 hingga Februari 2019 yaitu arang kayu, lada biji, bungkil kelapa dan langsat dengan nilai total Rp 943,98 miliar. Nilai ekspor tersebut terus naik dari tiga tahun sebelumnya.
Pada 2016, nilai ekspor komoditas pertanian yang dikirim lewat tiga PLBN senilai Rp 436,5 miliar, sedangkan pada 2017 meningkat sebanyak Rp 479,24 miliar dan pada 2018 meningkat nilainya hampir 200 persen.
Ia berharap, tren ini dapat terus bertumbuh agar dapat menjadi nilai tambah bagi petani dan eksportir.
Untuk diketahui, di PLBN Entikong terdapat lalulintas ekspor komoditi pertanian sebanyak 21 jenis komoditi dengan total jumlah 3,86 ton dan nilai jual Rp 28,75 juta. Di PLBN Aruk sebanyak empat jenis komoditi pertanian dengan total jumlah 415 kg dan nilai jual Rp 42,7 juta.
Meski masih banyak yang bersifat tradisional, namun dari nilai yang ada, menurut Sriyanto, potensi tersebut dapat ditingkatkan jika ada yang mengelolanya. Pada trismester 2019 saja, sudah ada kurang lebih 54 komoditas pertanian yang diekspor dari Kalbar menuju Negeri Jiran. Hal tersebut meningkat jauh dibandingkan pada tahun sebelumnya yang hanya delapan komoditas pada periode yang sama.
Menurutnya, agar program Agro Gemilang yang dilakukan Kementan dapat dimanfaatkan secara penuh oleh para calon eksportir, agar komoditasnya sesuai dan tidak ditolak saat tiba di negara tujuan.
"Silahkan wartakan, hubungi kantor karantina terdekat dan ikuti jadwal pelatihannya, gratis," katanya. Ia juga menambahkan, bahwa konsultasi secara mandiri juga dapat dilakukan ke petugas karantina.
Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Entikong Yongki Wahyu Setiawan menambahkan, sejak awal 2019 hingga pekan kedua bulan Maret tercatat ada 10 komoditas pertanian yang diekspor ke Malaysia dengan volume dan frekuensi ekspor tertinggi yaitu berturut-turut, buah langsat sebanyak 189.09 ton, arang kayu sejumlah 31,36 ton, asam keranji berjumlah 21,94 ton, lada biji dengan total 20,09 ton, buah pisang sebesar 17,67 ton, jeruk limau sebesar 11,29 ton, kelapa bulat total 10,25 ton, petai sebanyak 4,07 ton, jagung manis 2,79 ton dan buah naga sejumlah 2,17 ton.