EKBIS.CO, TEMANGGUNG – Ketua Asosiasi Hortikultura Nasional (AHN) Anton Muslim Arbi mengakui keliru atas lontarannya di berbagai media yang menyebut tidak ada importir yang melaksanakan program wajib tanam bawang putih. Muslim secara langsung mengunjungi lokasi wajib tanam bawang putih di Temanggung, Jawa Tengah, dan mendapatkan data lokasi dengan koordinat detail di lokasi wajib tanam bawang putih di daerah lainnya.
“Ya, saya minta maaf. Bukan maksud saya menyakiti importir yang sudah komitmen dan para petani yang sedang bersemangat menanam bawang putih. Selama ini saya gelap informasi soal ini,” kata Anton Muslim di Temanggung, Jumat (22/3).
Pada Rabu (20/3) sebagaimana diberitakan Republika.co.id, Anton mengatakan, hingga saat ini belum ada importir yang menjalankan kewajiban tanam sebesar lima persen dari kuota impor yang ditetapkan pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan). Dia juga mengeluhkan minimnya pembinaan oleh pemerintah kepada petani lokal.
“Permasalahannya, meski ada kebijakan wajib tanam, tidak ada importir yang menanam. Silakan dicek, ditelusuri tidak ada itu importir yang menanam,” kata Anton saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (20/3).
Setelah mengunjungi dan mendapatkan data lokasi wajib tanam yang bisa dipantau secara online, Anton Muslim meralat pandangannya. Dia juga tak menyangka kalau pernyataan tersebut membuat tersinggung banyak kalangan, termasuk dari para importir dan petani mitra importir.
“Jujur saya akui pernyataan tersebut keluar karena saya masih gelap informasi terkait pelaksanaan program wajib tanam importir ini. Setelah saya melihat langsung kondisi lapangan, apa yang saya sangkakan itu ternyata salah. Saya minta maaf,” ujar Anton Muslim.
Ke depan, dia meminta Kementan melalui Direktorat Jenderal Hortikultura lebih ketat mengawasi pelaksanaan wajib tanam bawang putih agar target swasembada bawang putih bisa terwujud pada 2021 mendatang. Apalagi, berdasarkan data Kementan, masih ada beberapa importir yang memang belum melaksanakan wajib tanam.
“Importir-importir seperti ini jangan dikeluarkan RIPH (rekomendasi impor produk hortikultura, Red) dan tidak boleh dapat SPI (surat persetujuan impor, Red). Harus tegas agar bawang putih kita bisa jaya seperti era Soeharto dulu,” kata Anton Muslim.
Dia pun mengimbau anggota AHN yang juga menjadi importir bawang putih agar menjalankan aturan wajib tanam dengan konsisten. Sebab, semangat program ini untuk membangkitkan kedaulatan pangan nasional, khususnya bawang putih.
“Masak negara sebesar dan sesubur ini bawang putihnya 96 persen impor. Harus kita kurangi ketergantungan ini,” kata Anton Muslim.
Mengenai pembinaan dan ketersediaan benih bawang putih, Anton memastikan di beberapa daerah pembinaan sudah berjalan dan stok benih mencukup. “Kalau dilihat di Temanggung ini, ya saya optimistis kita bisa swasembada. Pembinaannya bagus, petaninya semangat, benih juga melimpah.”
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung M Amin Masrik Zuhdi seusai melakukan panen bawang putih di Tlogomulyo, Temanggung menegaskan, kini sudah banyak importir yang menjalin kemitraan dengan petani setempat untuk menanam bawang putih. “Ada puluhan importir yang sudah tanam di Temanggung.”
Amin mengakui, peran importir sangat positif, terutama mendorong semangat petani tanam bawang putih. Saat ini, ribuan hektare bawang putih tertanam di Tamanggung, baik yang distimulasi oleh dana APBN, swadaya, maupun kemitraan dengan importir.
Bahkan, Amin melanjutkan, beberapa importir sudah naik kelas dengan tak hanya tanam bawang putih, tapi juga menyerap hasil panen petani dan mengolahnya menjadi benih.
“Ini luar biasa. Silakan saja bagi yang masih ragu dengan kebijakan wajib tanam ini untuk belajar dan menyaksikan langsung ke Temanggung,” ujar Amin.
Salah satu importir yang bermitra dengan petani di Desa Sigedong Kecamatan Tretep Temanggung Henry mengatakan, perusahaannya telah melaksanakan kewajiban tanam sesuai ketentuan dan anjuran pemerintah. Dia pun mendukung kebijakan wajib tanam yang sangat dirasakan manfaatnya bagi pengusaha dan petani.
“Kami sangat merasakan peran Kementan dalam membimbing para importir melaksanakan wajib tanam ini, mulai dari informasi lokasi, benih, kelompok, tatacara budidaya hingga administrasinya. Awalnya saya sempat menyangka akan dibiarkan begitu saja, ternyata kami dituntun dan dibantu,” kata dia.
Hal senada diungkapkan Tahir, importir bawang putih yang juga melakukan kerja sama kemitraan tanam dengan petani Temanggung. “Makanya, kemarin itu saya sempat tersinggung karena dibilang tidak ada yang menanam. Kita menanam sesuai ketentuan, tapi karena nggak punya akses ke media ya bisanya hanya pasrah,” ujar Tahir.
Padahal, menurut Tahir, tuduhan tidak ada importir yang melakukan wajib tanam adalah tuduhan yang serius dan sangat tidak bertanggungjawab. “Karena kenyataannya kami benar-benar serius tanam mengikuti aturan,” kata Tahir.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikultura Kementan Mohammad Ismail Wahab menegaskan, pemerintah berkomitmen mewujudkan swasembada bawang putih nasional dengan melibatkan importir. Memang, semua itu membutuhkan proses dan dukungan dari berbagai pihak.
“Terkait wajib tanam importir, kami sangat terbuka menerima saran dan kritik dari mana pun. Tapi, tolong disertai data dan informasi yang valid supaya tidak sekadar bikin gaduh atau bikin sensasi,” ujar Ismail.