EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan perlambatan ekonomi Cina akan memberikan pengaruh terhadap kinerja ekspor. Sebab 25 persen komoditas pertambangan dan perkebunan Indonesia diekspor ke negeri tirai bambu tersebut.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityswara mengatakan kondisi tersebut akan berdampak terhadap ekonomi Indonesia. Mengingat perlambatan ekonomi Cina belum akan pulih pada tahun ini, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Cina tumbuh 6,3 persen.
"Ekonomi Tiongkok pada periode 2013-2018 terus mengalami pelambatan. Tahun lalu pertumbuhan ekonomi Tiongkok sekitar 6,4 persen sampai 6,5 persen. Pelambatan itu sebenarnya berdampak cukup besar terhadap ekspor Indonesia, ditambah harga komoditas turun," ujarnya kepada wartawan, Kamis (28/3).
Kondisi ini, menurut Mirza, akan menjadi tantangan kembali bagi ekspor Indonesia. Apalagi, harga komoditas masih belum menunjukkan adanya tanda-tanda perbaikan.
"Kalau kita bicara untuk tahun 2019 ke depan, kita menghadapi ekonomi Tiongkok yang belum di-cover. Ditambah harga komoditas yang masih berada di level bawah, ini tantangan," ungkapnya.
Namun, Mirza mengatakan laju ekspor Indonesia masih masuk dalam skenario Bank Sentral. Artinya, kata dia, perlambatan ekspor tidak akan terlalu dalam.
“Kecuali kalau ekonomi Tiongkok tumbuh di bawah enam persen. Itu kita bicara skenario yang baru lagi,” ucapnya.
Berdasarkan prediksi beberapa lembaga keuangan dunia, ekonomi Tiongkok di 2019 tumbuh melambat, dari 6,4 persen (2018) menjadi 6,4 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia pada 2018 tercatat sebanyak 180,06 miliar dolar AS atau tumbuh 6,65 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Namun pertumbuhan ekspor itu tak mampu menyelamatkan neraca perdagangan RI yang tercatat defisit 8,57 miliar dolar AS.