EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) agresif membidik berbagai proyek infrastruktur di luar negeri. Pada tahun ini, perusahaan konstruksi plat merah tersebut bahkan menargetkan pendapatan atas proyek luar negeri sampai Rp 10 triliun.
Direktur Operasi III PT WIKA Destiawan Soewardjono mengatakan, nominal tersebut merupakan nilai proyek yang ditargetkan WIKA di sembilan negara. Orderbook atau kontrak dihadapi sekitar Rp 7 triliun.
"Harapannya, tahun ini bisa Rp 10 triliun atau bahkan cita-cita saya 1 miliar dolar AS (Rp 14 triliun)," katanya ketika ditemui di Jakarta, Rabu (27/3) malam.
Salah satu proyek offshore yang digarap WIKA adalah pembangunan jembatan di Sarawak, Malaysia. WIKA berhasil memenangkan tender proyek ini dan akan berjalan pada bulan depan bersama perusahaan setempat. Destiawan menyebutkan, nilai kontraknya mencapai Rp 200 miliar.
Selain itu, WIKA juga berhasil mendapatkan proyek pembangunan jaringan perkeretaapian di daerah Afrika yang akan dikerjakan bersama dengan PT INKA (Persero) dan PT Len Industri Persero. Destiawan berharap, proses tender dapat mulai dieksekusi pada tahun ini.
Panjang jaringan untuk proyek itu mencapai 1.000 kilometer dengan modal senilai Rp 40 triliun, yang terdiri dari biaya pengadaan rel sampai lokomotif. Destiawan menyebutkan, jaringan tersebut terbagi di sejumlah negara di Afrika Barat, seperti Senegal dan Niger.
Di Afrika, jalur kereta api menjadi proyek yang sedang banyak dibangun, sehingga menarik untuk digarap perusahaan. "Afrika potensinya besar, karena jaringan railway di sana banyak sekali," kata Destiawan.
WIKA juga akan membangun rumah bersubsidi di Aljazair dengan total nilai proyek Rp 1,4 triliun. Rinciannya adalah sebanyak 1.700 unit rumah bersubsidi (logement) di Baraki dan El-Harrach wilayah Algier serta 2.250 unit Ain Defla dan Khemis Miliana di wilayah Blida.
Dalam menembus pasar Afrika, Destiawan mengakui relatif mudah. Hanya saja, pemerintah setempat tidak mempunyai dana likuid sehingga pembayaran harus dilakukan secara bertahap. Oleh karena itu, WIKA turut menggandeng Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) untuk melakukan pembiayaan melalui skema National Interest Account (NIA).
Di Asia, Destiawan mengatakan, WIKA sedang melakukan. tender proyek mass rapid transportation (MRT) dan jalur kereta api, tepatnya di Filipina. "Rata-rata, kami ada partner lokal, agar risikonya dapat kita share," tuturnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengapresiasi atas upaya yang dilakukan WIKA. Menurutnya, usaha mereka untuk mengerjakan berbagai proyek di luar negeri akan membantu memperbaiki transaksi perdagangan dalam negeri.
Salah satu proyek yang disorot Sri adalah pembangunan rumah proyek bersubsidi di Aljazair. Tercatat, Indonesia masih mengalami defisit dalam neraca dagang dengan Aljazair karena impor minyak dan gas.
Menurut catatan Kementerian Perdagangan, defisitnya mencapai 172 juta dolar AS pada 2018. Angka tersebut lebih tinggi dibanding dengan 2017 yang mencapai minus 105 juta dolar AS.
Selain mengurangi defisit transaksi dagang, Sri berharap upaya WIKA mampu meningkatkan ekspor jasa. Sebab, berbagai proyek ini akan menciptakan lapangan kerja bagi ribuan tenaga kerja Indonesia.