EKBIS.CO, JAKARTA -- Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas) melakukan beberapa upaya untuk bisa menekan penurunan produksi (natural decline). Langkah menekan penurunan produski ini yang paling mungkin dilakukan ditengah belum adanya temuan cadangan baru.
Kepala SKK Migas, Dwi Sucipto menjelaskan saat ini tren produksi minyak dalam negeri memang mengalami penurunan. Dwi tak menampik jika para kontraktor minyak tak melakukan upaya lebih untuk menggenjot produksi maka penurunan produksi tak bisa dielakkan.
"Semua tahu bahwa kita itu dalam tren yang menurun, kalau tidak ada effort maka penurunan itu akan berada di angka 12 persen," ujar Dwi di Kementerian ESDM, Kamis (4/4).
Upaya yang dilakukan SKK dan para kontraktor menggenjot produksi paling tidak bisa menekan penurunan yang drastis. Ia merinci pada 2018, capaian produksi sebesar 778 ribu barel per hari. Sedangkan tahun ini dipatok sebanyak 775 ribu barel per hari.
Ia mengatakan upaya menekan decline tersebut bisa terlihat dari capaian tiga bulan terakhir. "Kalau kita capai rata-rata tiga bulan kemarin 745 ribu barel, itu upaya kita untuk bisa menekan penurunan itu," ujar Dwi.
Sejak 2017, Dewan Energi Nasional telah memprediksi adanya penurunan produksi. Hal tersebut membuat DEN merekomendasikan penentuan target agar lebih realistis. Namun, faktanya kata Dwi, analisa penurunan produksi tersebut masih bisa diatasi oleh SKK Migas.
"Kalau dari analisa DEN 2017, tahun ini tuh produksi cuma 630 barel. Tapi kalau lifting kita sekarang bisa sampai 745 maka kita sudah datas perkiraan DEN waktu itu," ujar Dwi.
Ia mengatakan, upaya yang dilakukan SKK untuk bisa menekan penurunan tersebut antara lan adalah menjaga produksi. Selain itu, upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan uji coba EOR dan peningkatan work over.
"Memang kan posisi kita seperti itu. Sebelum kita dapat discovery yang besar upayanya adalah menahan penurunan itu. Semoga ini bisa memberi pengaruh," ujarnya.