EKBIS.CO, DEPOK -- Tantangan industri 4.0 tidak hanya merambah dunia teknologi. Dunia akuntan dan auditor profesional juga mengalami tantangan serupa.
Terkait hal tersebut, Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI Depok menggelar international lecture dengan tema “Challenge and Opportunity of Industrial Revolution 4.0 Toward Education and Professional Competencies on Shariah Accounting". Kegiatan tersebut diadakan di Aula STEI SEBI Depok, Jawa Barat, Rabu (10/4).
Nara sumber international lecture berasal dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Kompartemen Akuntan Syariah dan lembaga Konsultan Salihin Abang Malaysia. Kegiatan ini dihadiri puluhan mahasiswa, dosen, praktisi akuntan dan auditor.
Acara ini diprakarsai oleh Himpunan Prodi Akuntansi Syariah. “Dunia akademik harus berjalan beriringan dengan kebutuhan industri, terutama kompetensi yang harus dimiliki oleh para mahasiswa. Karena itu, acara ini penting dan menjadi kebutuhan mahasiswa maupun dosen” ujar Ketua Prodi Akuntansi Syariah STEI SEBI, Sepky Mardian melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (10/4).
Suasana international lecture yang membahas peluang dan tantangan akunan di era indutri 4.0 yang diadakan oleh STEI SEBI.
Pada sesi pertama, Ketua IAI Kompartemen Akuntan Syariah, M Jusuf Wibisana mengemukakan, tantangan industri dengan kemajuan teknologi, tidak menjadikan etika bagi para akuntan menjadi hilang. Bahkan harus lebih baik lagi, terutama aspek integritas dan objektivitas. “Sudah sepatutnya seorang akuntan Muslim mengedepankan sikap ihsan dan berharap ridha Allah dalam menjunjung dua aspek tersebut,” tuturnya.
Pada sesi kedua, Manajer lembaga konsultan Salihin Abang menyampaikan, Malaysia pada tahun 2019 telah menyiapkan dana sebesar 210 miliar ringgit untuk menyokong industri 4.0.
“Evolusi industri dengan intelegensi artifisial (AI), blockchain, big data, digitalisasi dan cloud, turut membantu pekerjaan seorang akuntan dan auditor ke depannya. Sebut saja pemanfaatan blockchain dalam penyaluran wakaf dan zakat. Belum lagi Robo Shariah Advisory dengan memanfaatkan intelegensi artifisial (AI) untuk mengatur keuangan,” paparnya.
Ia menambahkan, guna menanggapi hal tersebut, setidaknya dari tahun 2017 lembaga Salihin Abang telah memanfaatkan intelegensi artifisial (AI) dalam beberapa aplikasi software akunting. “Selain itu pemanfaatan blockchain menghadirkan aplikasi waqf chain dan fintech,” ujar lulusan doctoral dari Universitas Malaysia Trengganu.