EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia meningkatkan jumlah produksi beras dalam negeri selama kurun waktu empat tahun terakhir. Kondisi ini memperkuat upaya pemerintah untuk mengekspor beras ke sejumlah negara tetangga.
Langkah ini direncanakan Kepala Bulog Budi Waseso sebagaimana diutarakannya dalam sejumlah kesempatan. Kebijakan ini dinilai tepat mengingat stok beras nasional mencukupi permintaan. Terlebih, masa panen di sejumlah daerah masih terus berlangsung.
Sementara itu, disadur dari kantor berita Bloomberg, melimpahnya jumlah beras di gudang Bulog juga membuat wacana ekspor beras ke sejumlah negara di Asia makin menguat. Padahal, sebelumnya, hal ini tidak terjadi dalam kurun 10 tahun terakhir.
Malaysia
Stok beras 2
Dari Malaysia, lembaga pangan setempat Padiberas Nasional Berhad (Bernas) melalui Kepala Departemen Industri Penelitian dan Analisanya, Salman Muhammad mengaku tertarik menjalin kerja sama perdagangan beras dengan Perum Bulog Indonesia.
Kerja sama ini adalah upaya jaminan ketersediaan pangan yang berkualitas premium di negara serumpun tersebut. Langkah ini juga dilakukan untuk menjawab rasa percaya pada kualitas beras Indonesia.
"Sudah sejak lama kami mengetahui kualitas beras Bulog yang sangat baik ini. Sehingga kami memandang perlu kerja sama lebih serius yang bisa memberikan banyak manfaat dan keuntungan bagi kedua negara," ujar Salman dalam kunjungan kerjanya ke Indonesia beberapa waktu lalu.
Direktur Komersial Perum Bulog Judith Dipodiputro menyampaikan terima kasih atas kepercayaan Malaysia pada beras Indonesia. Pertemuan ini penting untuk mengidentifikasi kualitas pasar beras serta membuka adanya kemungkinan peluang ekspor.
"Kita berharap Bernas dan Bulog dapat membangun kerja sama strategis jangka panjang di bidang pangan atau komoditas lain," ujarnya.
Antisipasi produksi berlebih
Stok beras
Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Soetarto Alimoeso merespons wacana Perum Bulog untuk mengekspor beras ke luar negeri. Kata dia, rencana itu harus disambut baik, terlebih jika produksi padi mengalami surplus.
"Kalau stok kita lebih dan aman berarti harus ekspor. Kenapa tidak. Kita bisa saja mengekspor beras-beras khusus, beras organik dan beras merah yang mungkin dibutuhkan negara-negara lain," katanya.
Ia menilai wacana tersebut harus dilakukan Bulog untuk mengantisipasi produksi yang berlebih. Apalagi, ekspor semacam ini biasa dilakukan oleh negara lain, ketika produksi melimpah.
"Katakanlah kebutuhan kita dalam satu tahun sekitar 30 juta ton. Nah, kalau produksi kita 40 juta ton artinya kan ada stok yang cukup besar. Dan itu juga dilakukan oleh banyak negara," tukasnya.