EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi pada kuartal pertama mencapai Rp 195,1 triliun. Angka tersebut naik 5,3 persen dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu, yakni sebesar Rp 185,3 triliun.
Dari total itu, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 87,2 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 107,9 triliun. Selama periode sama, tenaga kerja yang terserap adalah sebanyak 235.401 tenaga kerja Indonesia.
Kepala BKPM Thomas Lembong menyampaikan, nilai realisasi investasi kuartal pertama tersebut sudah mencapai 24,6 persen dari target investasi tahun 2019 sebesar Rp 792,0 triliun. "Capaian realisasi investasi ini sangat penting untuk menjaga agar pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen pada tahun 2019 dapat terealisasi," tuturnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (30/4).
Dibanding dengan tahun 2018, pertumbuhan investasi PMDN pada kuartal ini meningkat sebesar 14,1 persen secara year on year (yoy), yakni, dari Rp 76,4 triliun ke Rp 87,2 triliun pada 2019. Sedangkan, investasi PMA pada kuartal pertama ini turun 0,9 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, sebesar Rp 108,9 triliun menjadi Rp 107,9 triliun.
Tapi, Thomas menjelaskan, terjadi tren positif terhadap pertumbuhan PMA. Semula, pada kuartal keempat tahun 2018, pertumbuhan secara yoy menurun 11,6 persen. Pada kuartal ini, defisit mengalami penurunan menjadi 0,9 persen.
Thomas melihat, tren positif ini akan berlanjut pada masa mendatang, apalagi didukung dengan tekad kuat pemerintah yang akan melanjutkan reformasi di bidang ekonomi. Termasuk pemanfaatan Online Single Submission (OSS) yang lebih baik, serta intensifikasi pengawalan investasi oleh berbagai instansi pemerintah terkait. "Baik di tingkat pusat dan daerah," ujarnya.
BKPM juga mencatat, realisasi investasi (PMDN & PMA) berdasarkan lokasi proyek, Jawa Barat memiliki persentase terbesar. Nilainya Rp 37,3 triliun dengan kontribusi 19,1 persen. Posisi kedua adalah DKI Jakarta (Rp 24,7 triliun, 12,7 persen) dan Jawa Tengah (Rp 21,4 triliun, 11 persen).
Thomas menyebutkan, hal yang menggembirakan lainnya adalah terjadinya tren peningkatan investasi di luar Jawa, yaitu tumbuh sebesar 16,7 persen bila dibandingkan dengan kuartal pertama pada 2018. Capaian ini disumbang oleh investasi di Indonesia bagian timur. "Khususnya, di sektor pengolahan hasil tambang yang sangat penting untuk peningkatan ekspor," katanya.
Selain sektor tersebut, Thomas menjelaskan, sektor pariwisata di Indonesia bagian timur berpotensi untuk terus dikembangkan. Terutama pariwisata bahari maupun wisata minat khusus yang dapat mendiversifikasi destinasi wisata Indonesia.