EKBIS.CO, TOKYO — Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) mendapatkan royalti sebesar Rp 5 miliar dari hasil penjualan benih hibrida pacar air. Komoditas itu diekspor sejak 2016 lalu. Produk ini merupakan varietas unggulan pacar air karena tahan tekanan panas dan kekeringan (heat and drought).
Keuntungan royalti juga tak lepas dari upaya Kementan yang melakukan penandatanganan Nota Kesepahamanan Kerja sama dalam rangkaian pertemuan G20 Meeting of Agricultural Chief Scientist (MACS) bersama perusahaan Jepang Sakata Speed Corporation (SSC).
"Kami menyampaikan apresiasi kepada SSC yang memberi royalti dan pelatihan pengembangan varietas baru kepada para breeder kami di Badan Litbang Pertanian, sehingga kapasitas sumber daya manusia kami meningkat," kata Kepala Badan Litbang Pertanian, Fadjry Djufry di Kantor Pusat Sakata Seed Corporation, Yokohama, Jepang, Selasa (30/4).
Benih yang diekspor Indonesia memiliki kualitas di atas rata-rata. Sasaran penjualannya adalah pasar utama Amerika Serikat. Meski demikian, pengembangan pacar air sedikit terkendala karena minimnya teknologi.
"Kami memang kaya akan sumber daya genetik, bahkan memiliki banyak plasma nutfah. Namun pemanfaatannya masih terbatas karena teknologi yang kami punya dan juga pendanaan riset yang ada relatif terbatas. Akan tetapi, kehadiran Sakata dengan teknologi breeding yang dikuasai mengisi kebutuhan riset kami," katanya.
Menurut Fadjry, sebelum dilakukan riset, masyarakat hanya mengenal pacar air sebagai tanaman liar dan tidak mempunyai nilai ekonomi. Namun, sejak memasuki pasar global, permintaan pasar terus meningkat. Terlebih Badan Litbang semakin dikenal di kancah internasional.
"Kami juga memiliki logo pada setiap stek pacar air yang ditempel sticker Agro Inovasi. Artinya, mulai sekarang kekayaan sumber daya genetik itu harus dilindungi. Kita tidak boleh mudah melepas plasma nutfah kepada pihak asing," katanya.
Fadjry mengatakan, kendala lain yang sering dihadapi untuk pengembangan bibit unggul pacar air adalah terbatasnya tata kelola dan tupoksi Badan Litbang Pertanian. Sebab, Balitbang sejauh ini fokus melakukan produksi untuk menjaga stabilitas pasokan di pasar dalam negeri.
"Tapi kami sepaham bahwa sumber daya genetik harus dilindungi dan dilestarikan keberadaannya. Namun penggunaan dengan tujuan memenuhi kebutuhan hajat hidup masyarakat harus menjadi pertimbangan," katanya.
Sementara itu, President Sakata Seed Corporation, Hiroshi Sakata menyampaikan bahwa Indonesia memiliki sumber alam yang melimpah, yang harus dikelola dengan baik untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi.
Tawaran teknologi
Kerja sama Kementan RI dengan Jepang
Hiroshi pun mengungkapkan adanya tawaran teknologi gen editing yang dikuasai Sakata. Teknologi ini mampu menghasilkan benih hibrida dalam kuantitas yang besar.
"Sakata siap bekerja sama untuk itu. Sesuai dengan Nota Kesepahaman, perbenihan komoditas hortikultura yang lebih luas," katanya.
Sakata dikenal sebagai perusahaan benih hibrida yang sudah merambah pasar dunia. Teknologi benih Sakata telah menghasilkan benih varietas hortikultura yang tersebar di seluruh benua.