EKBIS.CO, BANDUNG — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) semakin ekspansif secara merata ke luar Jawa dan Bali. Tercatat data per Januari 2019 jumlah BPR di luar Jawa dan Bali sebesar 31 persen.
Direktur Penelitian dan Pengaturan BPR OJK Ayahandayani mengatakan, kondisi tersebut mulai membaik karena jumlah BPR yang beroperasi di Jawa Bali mencapai 80 persen dari total lembaga keuangan jenis ini.
“BPR sekarang per Januari 1.597 yang tersebar di Indonesia, sebesar 69 persen berlokasi Jawa dan Bali dan sisanya di luar Jawa dan Bali. Kondisi ini baik, karena dulu di atas 80 persen berada di Jawa dan Bali,” ujarnya saat acara Pelatihan dan Gathering Media Massa Jakarta di Four Points Bandung, Jumat (3/5).
Menurut dia, perluasan BPR ke luar Jawa dan Bali lantaran adanya Peraturan OJK (POJK) 12/POJK.03/2016 tentang Kegiatan Usaha dan Wilayah Jaringan Kantor Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Modal Inti.
Seiring dengan perluasan yang lebih merata tersebut, OJK mencatat penyaluran kredit BPR per Januari 2019 mencapai 98,689 triliun atau tumbuh 10,19 persen secara tahunan (yoy). Sementara, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp92,553 triliun atau tumbuh 8,59 persen (yoy).
Sedangkan, rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) sebesar 6,82 persen. Kemudian, kemampuan perbankan dalam menghasilkan profit atau rasio profitabilitas bank (return on assets atau ROA) mencapai 2,44 persen. Sementara, LDR tercatat 75,98 persen.
“Karena layanannya kecil, UMKM, maka NPL-nya di atas bank di bawah 5 persen, ini 6,82 persen (Januari 2019). Untuk LDR cukup tinggi buat BPR karena rumus LDR kan loan to deposit, loan to deposit simpanan pihak ketiga tapi masih masukan modal inti dan pinjaman yang diterima market share 1597 BPR. Share-nya masih kecil dari total credit share BPR terhadap perbankan 1,83 persen,” ujarnya.
Efisiensi perbankan yang tercatat dalam belanja operasional terhadap pendapat operasional (BOPO) sebesar 83,12 persen. Pertumbuhan BOPO lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya karena persaingan antara BPR dan teknologi finansial (fintech) semakin meningkat sejak 2016.
Total aset per Januari 2019 terhadap market share BPR terhadap Bank Umum sebesar 1,67 persen dari Bank Umum sebesar 98,33 persen. Dana pihak ketiga sebesar 1,60 persen dari market share Bank Umum 98,40 persen dan kredit sebesar 1,83 persen dari market share bank umum 98,17 persen.
Ke depan, OJK terus mendorong BPR dapat berkolaborasi dengan perusahaan fintech. Langkah ini untuk memperluas jangkauan bisnis BPR hingga ke pelosok sekaligus meminimalkan risiko NPL.
“Dengan fintech menjadi persaingan juga, fintech suku bunganya tinggi jauh lebih tinggi ketimbang BPR. Diharapkan BPR dapat memberikan pelayanan yang baik dan cepat, delivery channel yang lebih baik berbasis teknologi informasi, tentunya diharapkan suku bunga murah ketimbang fintech. Kita buka kesempatan tersebut tapi lihat sistem prudential juga, saya optimistis bisa BPR dengan fintech,” ungkapnya.