Rabu 08 May 2019 20:45 WIB

Menteri Susi Tebar Ribuan Benih Bandeng dan Rajungan

Susi mengajak untuk peduli terhadap kelestarian dan keberlanjutan SDA laut Indonesia.

Red: Andi Nur Aminah
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi Pujiastuti (tengah) mengikuti rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (1/4).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi Pujiastuti (tengah) mengikuti rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (1/4).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menebar sebanyak 4.000 benih ikan bandeng dan 2.000 benih rajungan di kawasan perairan Natuna, Kepulauan Riau. Sebagai upaya untuk memperbanyak stok berbagai komoditas kelautan nasional tersebut.

Menteri Susi dalam siaran pers KKP yang diterima di Jakarta, Rabu (8/5) mengajak semua pihak untuk peduli terhadap kelestarian dan keberlanjutan sumber daya alam laut Indonesia, termasuk berbagai komoditas ikan laut yang makin menurun stoknya di alam.

Baca Juga

Hal tersebut karena rajungan dinilai merupakan jenis komoditas laut yang terus mendapat tekanan eksploitasi cukup kuat. Sedangkan bandeng banyak ditangkap dari alam untuk kebutuhan indukan maupun benih.

Restocking atau penebaran nener (benih) bandeng berlokasi di Pantai Sahi dan dilakukan langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti saat kunjungan kerja ke Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, Ahad (4/5). Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto saat dimintai keterangannya di Jakarta. Senin (6/5), menyatakan bahwa Kepulauan Natuna merupakan kawasan yang strategis, sehingga kelestarian sumber daya ikan yang ada di sana harus dipertahankan.

Oleh karenanya, Slamet mengatakan, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya memiliki tanggungjawab untuk menjamin agar jenis-jenis ikan asli, dan terancam tetap terjaga keseimbangan stoknya. Yakni dengan mendorong inovasi teknologi pembenihan yang fokusnya untuk restocking di berbagai perairan di Indonesia.

"Perikanan budidaya ini fungsinya sebagai buffer stock. Artinya keseimbangan stok SDI (sumber daya ikan) di alam akan banyak bergantung pada peran perekayasaan di bidang perikanan budidaya. Jadi intinya, perikanan budidaya punya peran ganda yakni sebagai buffer stock di alam dan untuk pemenuhan kepentingan ekonomi dan pangan. Saya intruksikan ke semua unit, agar restocking ini jadi bagian program prioritas," katanya.

Khusus restocking rajungan, Dirjen Perikanan Budidaya KKP itu mengatakan bahwa komoditas ini hingga kini menjadi salah satu jenis yang terus mendapatkan tekanan kuat akibat eksploitasi yang berlebih. Karena permintaan pasar yang besar dan harga yang menggiurkan memicu tingginya penangkapan di alam.

Namun demikian, dia menyampaikan bahwa upaya perekayasaan yang dilakukan oleh Ditjen Perikanan Budidaya KKP telah berhasil membenihkan rajungan secara massal. Hal ini diharapkan akan mampu mempercepat pemulihan stok di alam.

Slamet berharap ke depannya restocking atau penebaran benih ke alam bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tetapi perlu kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk melakukan restocking secara mandiri.

Sebagaimana diwartakan, peningkatan stok ikan di sejumlah kawasan perairan nasional dirasakan oleh nelayan. Antara lain karena ada larangan untuk melakukan alih muatan di tengah laut. Artinya, setiap hasil tangkapan dari melaut harus didaratkan ke pelabuhan perikanan.

"Dulu itu kan ada transhipment (alih muatan di tengah laut) jadi pengurangan ikannya kelihatan sekali, nah sekarang transhipment dilarang, jadi peningkatan dirasakan betul," kata Sekjen Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Susan Herawati, beberapa waktu lalu.

Namun, menurut Susan, klaim terkait meningkatnya stok ikan di berbagai kawasan perairan juga harus dicek ulang. Karena dinilai tidak semuanya merasakan peningkatan hasil tangkap setelah melaut.

 

sumber : Antara
Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement