EKBIS.CO, JAKARTA -- Petani padi di Jepang dikenal memiliki tingkat kesejahteraan yang memadai. Untuk meniru kesuksesan yang diterapkan petani negeri Sakura, Pemerintah Indonesia setiap tahun mengirim para petani muda untuk melaksanakan program magang.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berdialog dengan petani padi asal Jepang, Masato Shuto, didampingi petani muda yang menjalankan program magang asal Desa Kalibuntu, Cirebon, Ahmad Sri Maulana. Dari dialog tersebut, kata dia, petani Jepang mendapatkan fasilitas yang sangat memadai dalam melakukan usaha taninya.
“Fasilitas pemerintah yang paling menonjol adalah tersedianya sarana inout produksi yang memadai dan diserapnya hasil produksi oleh Japan Agriculture, Koperasi Pertanian Jepang,” kata Amran dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Ahad (12/5).
Petani asal Jepang, Masato Shuto, menjelaskan, konsep pertanian di Jepang sudah menerapkan keseluruhan sistem mekanisasi mulai dari tanam hingga panen. Kendati begitu, pihaknya mengaku kesulitan mendapatkan tenaga kerja sehingga menggunakan petani muda asal Indonesia.
Dia menambahkan, Japan Agriculture memberi bantuan pembiayaan tanpa bunga untuk pembelian pupuk dan pestisida setara Rp 13 juta per hektare meliputi Rp 8 juta untuk pupuk dan Rp 5 juta untuk pestisida. Sedangkan untuk benih padi Japonica, kata dia, petani menyediakannya secara mandiri.
Adapun produktivitas padi di Jepang rata-rata 4,3 ton Gabah Kering Giling (GKG) per hektare dengan harga setara Rp 30 ribu perkilogram (kg) yang semuanya ditampung oleh Japan Agriculture. “Kami hanya simpan sedikit untuk kebutuhan konsumsi,” kata Shuto.
Dengan begitu rata-rata petani padi Jepang mendapatkan penghasilan setara Rp 130 juta per musim tanam. Adapun pertanaman padi di Jepang hanya satu kali selebihnya digunakan untuk usaha tani hortikultura. Bercermin pada petani Jepang, petani padi Indonesia semestinya bisa sesejahtera petani Jepang mengingat produktivitas petani padi Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan petani Jepang yakni 5,2 ton GKG per hektare.
Adapun faktor utama penentu tingginya pendapatan petani padi Jepang adalah harga gabahnya mencapai Rp 30 ribu GKG per kg. Jika dibandingkan dengan harga GKG Indonesia yang hanya Rp 4.600 per kg, jumlah tersebut masih jauh di atas Indonesia.