EKBIS.CO, JAKARTA -- Pelemahan rupiah diproyeksikan masih terjadi di awal pekan, Senin (20/5). Menurut data Bloomberg, rupiah diperdagangkan pada level 14.450 per dolar AS hari ini, menguat 5 basis poin dibanding pekan lalu, Jumat (17/5) pada posisi 14.455 per dolar AS.
Data Jisdor akhir pekan lalu, Jumat mencatat rupiah ditutup melemah pada 14.469 dari hari sebelumnya 14.458 per dolar AS. Ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan indeks dolar AS terpantau alami dengan kenaikan 0,68 persen sepekan terakhir.
"Rupiah diperkirakan melemah hingga Rp 14.700 di akhir semester I 2019," kata Bhima pada Republika, Senin (20/5).
Ia menyampaikan Rp 14.800 adalah batas psikologis kenormalan rupiah tahun ini. Bank Indonesia (BI) biasanya menggunakan cadangan devisa untuk normalisasi, kecuali depresiasi sampai titik terendah 2018 lalu di level 15.200 per dolar.
Hasil pemilihan umum pada 22 Mei juga menjadi salah satu momen yang membuat investor menahan dana. Sehingga dana asing cenderung tertahan.
"Menjelang tanggal 22 Mei juga penting. Banyak yang hold dulu," kata dia.
Selebihnya, hampir semua bursa saham di kawasan Asia mengalami koreksi. Hangseng tercatat -0.68 persen, strait times -0.77 persen. Perang dagang terus memanas karena AS jatuhkan sanksi ke Huawei.
Geopolitik juga memanas dengan kemungkinan konflik terbuka Iran-AS. Tekanan ini bisa turunkan potensi ekspor ke kawasan timur tengah. Padahal, kata Bhima, Timur Tengah jadi alternatif pasar paska adanya penurunan ekspor ke AS dan Cina.
"Implikasinya BI pun melebarkan CAD hingga batas atas tiga persen," kata dia.
Menurut Bhima, itu menjadi indikator ekonomi tahun ini bisa tumbuh di bawah lima persen. Investor lakukan pembelian safe haven seperti dolar AS dan yen.