EKBIS.CO, JAKARTA -- Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menyampaikan tingkat penetrasi asuransi umum mengalami perlambatan. Direktur Eksekutif dan Public Relation, Dody AS Dalimunthe mengatakan peningkatan tetap terjadi meski masih dibawah harapan.
"Peningkatan penetrasi asuransi memang masih naik ya, dari 2,9 persen Pendapatan Domestik Bruto (PDB) menjadi melambat ya menjadi sekarang 3,04 persen, tapi naiknya sedikit," kata Dody dalam Paparan Kinerja Asuransi Umum Kuartal I 2019, di Permata Kuningan, Jakarta, Kamis (23/5).
Menurut dia, pertumbuhan penetrasi asuransi dihitung berdasarkan PDB. Yang saat ini terjadi, pertumbuhan premi asuransi tidak sebesar pertumbuhan PDB itu sendiri. Saat PDB naik cukup signifikan, kecepatan pertumbuhan premi tidak sepadan.
Ini menyebabkan tingkat penetrasi asuransi Indonesia sulit lepas dari kisaran 2-3 persen. Ia mengatakan Indonesia menduduki dua terendah untuk penetrasi asuransi diantara negara-negara ASEAN. Menurutnya, ini masih karena kurangnya literasi.
Selain itu, densitas masyarakat belanja premi pun masih tergolong rendah yakni Rp 1,6 juta per orang per tahun. Dari jumlah tersebut, proporsi untuk premi asuransi umum hanya Rp 250 ribu dan sisanya untuk asuransi jiwa.
"Dari 250 ribu itu pun semuanya bukan dari keinginan atau kesadaran masyarakat sendiri, melainkan paksaan," kata dia.
Misal, seseorang membeli polis asuransi kendaraan bermotor atau rumah karena produknya sudah terikat dengan asuransi tersebut. Baik bank dan multifinance biasanya mewajibkan paketan penjualan atau pembiayaan kredit dengan asuransinya.
Kepemilikan asuransi sejenis BPJS pun mayoritas karena ada kewajiban dari pemerintah. Ini menjadi bukti bahwa kesadaran masyarakat untuk menangani risiko di masa depan masih rendah.
"Kita terus berharap kedepannya masyarakat bisa lebih banyak terekspos asuransi, kita ingin asuransi menjadi bagian dari //lifestyle//," kata dia.
Untuk mencapainya, program sosialisasi terus ada di dalam agenda AAUI. Karena seiring dengan meningkatnya literasi masyarakat maka penetrasi akan seiring. Sejumlah kegiatan sosialisasi dikemas dengan menarik agar melibatkan lebih banyak kaum milenial.
Seperti pada momen Hari Asuransi pada 18 Oktober, pelaku industri asuransi mencoba menjangkau masyarakat dengan aktivitas seperti perayaan di tempat umum, funwalk, workshop dan lainnya di berbagai kota. Diharapkan tambahan informasi dapat menambah polis yang dibeli berdasarkan kesadaran.
Selain itu, AAUI merancang kerja sama dengan instansi, lembaga, dan pemerintah untuk meningkatkan penetrasi. Seperti dengan Kementerian Pertanian, muncul produk asuransi untuk petani dan peternak. Meski sebagian premi disubsidi pemerintah, namun ini cukup efektif untuk membuat masyarakat kecil lebih terproteksi.
Selain itu muncul juga asuransi untuk sektor perikanan baik yang menyadar bisnisnya maupun pelaku bisnis. Dody menyampaikan memang ada tantangan di industri, karena biasanya perusahaan asuransi cenderung tidak mengambil polis kecil meski jumlahnya banyak.
"Ini untuk pembelajaran kita juga, bagi perusahaan agar tetap mengambil kesempatan ini, karena yang mikro-mikro ini sebenarnya cocok dengan keinginan masyarakat," kata dia.
Selain itu, Dody menambahkan saat ini AAUI sedang menyiapkan produk asuransi yang menyasar Kementerian Keuangan untuk asuransi Barang Milik Negara, Kementerian Perhubungan untuk asuransi wajib kendaraan bermotor, dan Kominfo untuk asuransi digital.